Rupiah Tertekan, Ekonom Perkirakan BI Rate Belum Bisa Turun

Arief Kamaludin|KATADATA
Bank Indonesia
Penulis: Yura Syahrul
12/1/2016, 15.35 WIB

(Baca: Tahun Depan, Kinerja Rupiah Diramal Terburuk di Asia)

Selain itu, pertumbuhan ekonomi tahun ini diprediksi lebih baik dibandingkan 2014. Investasi pemerintah akan lebih cepat mengucur pada awal tahun ini karena pembiayaannya sudah tersedia. Dengan begitu, ekonomi tahun ini bisa tumbuh di atas lima persen.

Namun, Gundy juga berpendapat, tidak ada kebutuhan mendesak bagi BI untuk menurunkan BI rate bulan ini. Apalagi, di tengah kondisi pasar keuangan yang labil, kebijakan menggunting suku bunga malah bakal mengirimkan sinyal yang salah kepada pelaku pasar. “Kestabilan rupiah sangat penting untuk pertumbuhan ekonomi yang kuat. Saat marak terjadi perang mata uang, penurunan BI rate bisa mengirimkan sinyal yang salah,” katanya.

Sementara itu, Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Seto Wardono memperkirakan BI masih berpeluang besar menurunkan BI rate pada kuartal I tahun ini. Pertimbangannya, angka inflasi rendah dan defisit transaksi berjalan menciut di akhir 2015. “Tetapi pelonggaran moneter ini masih sangat tergantung pada stabilitas sektor finansial, terutama nilai tukar rupiah,” katanya.

(Baca: Ekonomi Akhir Tahun Membaik, BI Masih Tahan Suku Bunga)

Ekonom LPS Moch. Doddy Ariefianto malah meminta BI lebih hati-hati dalam menjalankan kebijakan moneternya. Sebab, dia memprediksi adanya risiko pembalikan arah kebijakan suku bunga memasuki semester II-2016 lantaran gejolak di pasar keuangan. Pangkal soalnya adalah kemungkinan terjadinya “triple taper tantrum” ketika tiga bank sentral di dunia yaitu bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) dan bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) mulai mengurangi stimulusnya dengan mengerek suku bunga. Di saat bersamaan, bank sentral AS (Ferdeal Reserve) melanjutkan kebijakan menaikkan suku bunganya.

Jika triple taper tantrum tersebut benar-benar terjadi, maka rupiah akan tertekan sangat dalam. Alhasil, BI rate mungkin perlu naik lagi. “Kami prediksi posisi BI rate di akhir 2016 sebesar 7,5 persen,” ujar Doddy.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati