KATADATA ? Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengatakan kenaikan setoran dividen dalam rancangan anggaran negara tahun depan yang mencapai Rp 43,73 triliun, akan membebani perusahaan BUMN. Jika pemerintah mengambil dividen yang tinggi, konsekuensinya laba tahun BUMN mendatang akan rendah.
Menurutnya perusahaan BUMN memang tidak bisa berbuat banyak mengenai keputusan ini, selain harus mengikuti keinginan pemerintah sebagai pemegang saham. "Karena direksi (perusahaan BUMN) kan bukan pemilik," ujar Dahlan di kantor PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, Jakarta, Kamis (11/9).
(Baca: Dahlan Usul Dividen BUMN Dikurangi)
Dahlan mengusulkan supaya direksi perusahaan BUMN membicarakan hal ini kepada pemerintah sebagai pemilik saham. Misalnya, direksi memperingatkan pemerintah mengenai konsekuensi perolehan laba yang akan menurun.
Dia menjelaskan pendanaan perusahaan bersumber dari laba ditahan. Sehingga jika laba ditahan semakin berkurang, akan menyebabkan perusahaan kesulitaan untuk ekspansi. Karena dana investasi yang dimiliki perusahaan pasti berkurang.
Dahlan berharap pemerintah bisa mencarikan cara agar kenaikan target dividen tidak sampai mengganggu investasi. Selain itu, perusahaan BUMN juga harus mencari cara untuk memenuhi target dividen tersebut.
(Baca: Setoran Dividen Naik, BUMN Disuruh Tambah Utang)
Meski demikian, Dahlan cukup optimistis target dividen tersebut bisa dicapai. Perihal tidak tercapainya target dividen tahun ini sebesar Rp 40 triliun, kata Dahlan, disebabkan PT Freeport Indonesia tidak bisa menyetor dividen. "Jadi kan ada alasan jelas (target dividen 2014 tidak tercapai)," ujarnya.
PT Pertamina (Persero) Tbk juga mengeluhkan kenaikan target dividen tahun depan. BUMN yang kewajiban setoran dividen paling besar ini, mengaku akan sulit melakukan ekspansi tahun depan. Padahal perusahaan tersebut sudah merencanakan akan menganggarkan belanja modal yang lebih besar dari tahun ini sebesar US$ 6,3 miliar.