Kemenkeu Siapkan Amunisi Hadapi Potensi Krisis Baru Taper Tantrum

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/rwa.
Refleksi karyawan berjalan di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta,
4/6/2021, 18.31 WIB

Dia menyebutkan bahwa kebijakan yang tepat dan tidak tergesa akan meyakinkan investor untuk menanamkan modalnya di Tanah Air sehingga memperkuat ketahanan domestik. Begitu pula dengan seluruh langkah pemulihan ekonomi yang sedang dilakukan.

Josua juga menekankan, seluruh indikator fundamental Indonesia harus tetap dijaga seperti rasio utang, likuiditas, inflasi, nilai tukar rupiah, dan cadangan devisa. "Intinya bagaimana investor harus yakin dengan kita," ujarnya.

Di sisi lain, ia meyakini fleksibilitas APBN akan tetap dijalankan guna mengantisipasi taper tantrum. "Tentunya APBN akan dirancang tetap pruden," katanya.

Reuters melaporkan, beberapa pejabat Bank Sentral AS tengah mempertimbangkan perubahan kebijakan moneter berdasarkan pemulihan ekonomi yang kuat dan berkelanjutan. "Sejumlah peserta menyarankan, jika ekonomi terus membuat kemajuan pesat menuju tujuan komite, mungkin tepat dalam pertemuan mendatang untuk mulai membahas rencana penyesuaian laju pembelian aset," bunyi risalah pertemuan The Fed akhir bulan Mei 2021.

Namun, pandangan tersebut mungkin akan terpukul bulan ini dengan rilis data yang menunjukkan pertumbuhan pekerjaan lesu pada bulan April. Meskipun inflasi berdetak lebih tinggi, hanya terdapat penambahan 266 ribu pekerjaan bulan lalu.

Taper Tantrum istilah yang digunakan untuk menggambarkan efek saat Bank Sentral AS mengumumkan akan memperketat kebijakan moneternya pada 2013. Akibat pengumuman tersebut, aliran modal asing berbondong-bondong keluar dari pasar keuangan negara-negara emerging market, termasuk Indonesia. Kondisi ini membuat rupiah melemah hingga 26% sepanjang 2013 berdasarkan catatan Katadata. 

Adapun kurs rupiah hari ini dibuka melemah ke level Rp 14.295 per dolar AS dari penutupan hari sebelumnya Rp 14.285 per dolar AS.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria