AidData Ungkap Indonesia Punya 'Utang Tersembunyi' Rp 246 T ke Cina

ANTARA FOTO/M Ibnu Chazar/hp.
Ilustrasi. Kereta Cepat Jakarta-Bandung adalah salah satu proyek infrastruktur yang dibiayai dari pinjaman Cina.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
4/10/2021, 17.58 WIB

Laporan tersebut juga menemukan bahwa ada 42 negara yang  saat ini memiliki tingkat eksposur utang publik ke Cina lebih dari 10% PDB. Mereka juga menemukan bahwa utang-utang ini secara sistematis tidak dilaporkan ke sistem pencatatan utang milik Bank Dunia Debtor Reporting System (DRS). Hal ini karena mayoritas pemerintah pusat di negara-negara tidak melihatnya sebagai pinjaman utama yang harus segera dilunasi.

AidData juga menemukan sebagian utang yang diberikan lewat pendanaan proyek infrastruktur tersebut tidak menguntungkan bagi negara debitur. Catatan lembaga ini, ada sekitar 7% dari proyek BRI Tiongkok sejak 2000-2017 yang menghadapi skandal, kontroversi hingga pelanggaran hukum.

Indonesia, Pakistan, Malaysia, Vietnam dan kenya diketahui lima negara teratas yang memiliki proyek BRI bermasalah selama periode tersebut. 

"Masih harus dilihat apakah penyesalan para debitur atas proyek bermasalah tapi utang menggunung ini akan merusak keberlanjutan jangka panjang ambisi BRI Tiongkok. Tetapi jelas Beijing perlu mengatasi kekhawatiran negara-negara debitur untuk mempertahankan dukungan terhadap BRI,” kata salah satu penulis laporan tersebut Brooke Russell seperti dikutip oleh Katadata.co.id, Senin (4/10).

Tiongkok juga diketahui mulai mengungguli AS dalam hal ambisi menyalurkan pinjaman pembangunan infrastruktur di luar negaranya. AidData mencatat Tiongkok mengeluarkan anggaran US$ 85 miliar per tahun untuk program pembangunan di luar negeri, ini dua kali lebih banyak dari capaian Amerika sebesar US$ 37 miliar.

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, utang pemerintah per Agustus 2021 mencapai Rp 6.625,43 triliun atau setara dengan 40,85% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said