“Namun perkiraan tersebut tunduk pada ketidakpastian yang tinggi dan risiko secara keseluruhan mengarah ke sisi penurunan, termasuk munculnya varian yang lebih mematikan,” kata Gopinath.

Dengan kenaikan suku bunga, negara-negara berpenghasilan rendah, di mana 60%-nya sudah berada dalam atau berisiko tinggi mengalami kesulitan utang, akan semakin sulit untuk membayar utangnya. IMF juga telah berulang kali menekankan perbedaan dalam prospek di seluruh negara.

"Ekonomi maju diproyeksikan untuk kembali ke tren pra-pandemi tahun ini, beberapa negara emerging market dan negara berkembang diproyeksikan memiliki kerugian output yang cukup besar dalam jangka menengah," kata Gopinath.

Sampai sekarang hanya 4% dari populasi negara-negara berpenghasilan rendah yang telah divaksinasi penuh. Sebaliknya di negara-negara berpenghasilan tinggi vaksinasi telah mencapai 70% dari total populasi.

Di tingkat nasional, tambahnya, kebijakan harus tetap disesuaikan dengan keadaan spesifik negara termasuk tingkat pemulihan, tekanan inflasi yang mendasari dan ruang kebijakan yang tersedia.

Gopinath mencatat bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan kerugian dapat dikendalikan dan untuk mengurangi kesenjangan yang lebar dalam prospek pemulihan di seluruh negara.

Pada iklim, "dorongan yang lebih besar" diperlukan untuk mencapai emisi karbon nol bersih pada 2050, dengan mekanisme penetapan harga karbon, investasi infrastruktur hijau, subsidi penelitian, dan inisiatif pembiayaan.

IMF memperkirakan pertumbuhan global akan melambat menjadi 3,8% pada 2023. Ini 0,2% lebih tinggi dari proyeksi dalam World Economic Outlook Oktober 2021. Ini menunjukkan sebagian besar hambatan yang ada saat ini terhadap perekonomian mulai menghilang.

Halaman: