Harga Minyak Dunia Cetak Rekor, Rupiah Dibuka Melemah Rp 14.383/US$

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Jumat (5/11/2021).
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Maesaroh
4/2/2022, 09.32 WIB

Selain itu, ketegangan antara Rusia dan Barat atas sikap agresif Rusia terhadap Ukraina juga turut membuat pasar bergejolak. Di sisi lain, permintaan global terhadap minyak justru meningkat.

 Sentimen global lainnya yang mendorong pelemahan rupiah hari ini yaitu inflasi yang tinggi di AS. Kondisi ini mengonfirmasi kebijakan pengetatan moneter AS yang lebih agresif ke depan yang akan mendorong penguatan dolar terhadap rupiah.

"Sementara dari dalam negeri, kondisi penularan Covid-19 yang semakin tinggi akan meresahkan pelaku pasar dan bisa menekan nilai tukar rupiah," kata Ariston.

Laporan hari Kamis (4/2) menunjukkan penambahan kasus harian mencapai 27.197 orang.

Ini berarti kasus Corona di Indonesia sudah naik 52% hanya dalam sehari. Lonjakan kasus ini merupakan yang tertinggi sejak 14 Agustus tahun lalu. Sedangkan kasus kematian mencapai 38 orang.

 Sementara itu, analis pasar uang Bank Mandiri Rully A Wisnubroto memperkirakan rupiah akan bergerak di interval Rp 14.334-14.405 per dolar AS. Pergerakan rupiah hari ini dipengaruhi pengumuman kebijakan moneter bank sentral Eropa dan Inggris yang menunjukkan sikap hawkish.

Bank sentral Inggris mengumumkan kenaikan kedua untuk bunga acuannya menjadi 0,5%. Sementara, meski bank sentral Eropa belum menaikkan bunga acuannya, tetapi mereka mulai melihat bahwa inflasi akan bertahan lebih lama.

"Dolar AS sedikit melemah karena adanya sinyal hawkish dari bank sentral Inggris dan Eropa, dan biasanya juga sejalan dengan pergerakan dolar ke rupiah," kata dia.

Selain sentimen eksternal, pasar juga menunggu publikasi data produk domestik bruto (PDB) domestik dan cadangan devisa pekan depan.

 

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said