Kementerian Keuangan (Kemenkeu) optimistis pemulihan ekonomi tetap berlanjut di awal tahun ini meski diwarnai sejumlah risiko, seperti Omicron hingga perang Rusia dan Ukraina. Meski demikian, Kemenkeu masih akan mewaspadai dampak dari perang yang dapat mempengaruhi ekonomi Indonesia, antara lain terhadap kenaikan harga pangan dan inflasi domestik.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan, pemerintah melihat perang Rusia dan Ukraina sebagai risiko yang sangat serius. Perang berdampak pada kenaikan harga komoditas, terutama energi dan pangan sehingga berisiko terhadap kenaikan inflasi domestik.
"Volatilitas pasar keuangan global juga naik meski beberapa hari terakhir mungkin agak turun sedikit. Kami merasa tekanan pasar keuangan global harus terus diwaspadai. Ini semua bisa menjadi downside risk bagi prospek pertumbuhan global yang nantinya harus kita antisipasi, seperti apa akan masuk ke Indonesia," ujarnya dalam acara DBS Asian Insight Conference 2022 bersama Katadata.co.id, Senin (21/3).
Suahasil mengatakan, perang Rusia dan Ukraina dapat berdampak terhadap ekonomi Indonesia lewat sejumlah saluran, di antaranya keuangan dan perdagangan. "Dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi juga harus kita monitor dan antisipasi bersama, tentu dalam beberapa waktu kita akan melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di kuartal I ini," kata Suahasil.
Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama tahun ini masih akan cukup baik meskipun situasi global masih tidak menentu akibat perang. Ekonomi Januari-Maret 2021 masih akan tumbuh positif, antara lain terdampak low based effect pada tahun lalu. Pada kuartal I 2021, ekonomi Indonesia masih terkontraksi 0,74% secara tahunan.
"Jadi tahun ini semoga kita masih mendapatkan kombinasi antara dorongan pemulihan maupun dorongan angka pertumbuhan ekonomi yang karena tahun lalunya masih sedikit negatif, ini semacam technical rebound yang masih kita dapatkan," kata Suahasil.
Sekalipun dampak dari perang ke depannya masih akan mewarnai prose pemulihan ekonomi domestik, Suahasil menyebut tren pemulihan tampaknya masih akan berlanjut. Optimisme tersebut didukung oleh sejumlah indikator ekonomi yang masih membaik.
Ia memperkirakan, konsumsi masih akan meningkat ditopang adanya tren musiman Ramadhan dan Lebaran di bulan depan. Keyakinan konsumen yang masih di zona optimistis dan pelonggaran mobilitas juga akan mendorong aktivitas konsumsi.
Sementara itu, aktivitas produksi juga masih melanjutkan perbaikan yang tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia yang masih di zona ekspansi selama beberapa bulan terakhir. "Kami meyakini bahwa dunia usaha mulai melihat ke depan situasi Covid-19 akan terus membaik, sehingga mulai meningkatkan intensitas produksi dan penjualanya," kata Suahasil.