Bappenas Hitung Defisit APBN Akan Bengkak Rp 400 T karena Harga Minyak

ANTARA FOTO/Galih Pradipta/wsj.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Suharso Monoarfa mengingatkan, target defisit APBN disusun dengan asumsi ICP US$ 63 per barel, sementara harganya kini melonjak seiring kenaikan harga minyak mentah dunia.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
13/4/2022, 16.44 WIB

Meski demikian, ia mengingatkan bahwa dalam undang-undang yang telah disetujui DPR, defisit APBN dirancang sebesar 4 tahun ini, menurut undang-undang yang sudah disetujui parlemen, dirancang dengan defisit sekitar 4,8 %.

Dalam keterangan terbarunya di agenda pembacaan hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) hari ini, Sri Mulyani kembali menegaskan bahwa pihaknya masih terus memantau pergerakan  harga minyak dunia dalam hal dampaknya ke APBN. Ia hanya mengatakan Kemenkeu sudah melakukan exercise untuk menghitung potensi tambahan penerimaan dan pelebaran belanja, tetapi tidak merincikan hasil dari perhitungan tersebut.

Bank Dunia memperkirakan pendapatan negara tahun ini bisa kembali tembus Rp 2.000 triliun, atau melebihi target. Kondisi ini didukung oleh reformasi pajak dan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Sehingga, jika tidak ada perubahan pada besaran belanja negara tahun ini yang ditargetkan Rp 2.714,2 triliun, Bank Dunia memperkirakan defisit APBN bisa turun ke 4%.

Harga komoditas yang tinggi akan menambah pendapatan negara dari ekspor komoditas, "Tapi ini juga akan memberi tekanan pada subsidi listrik dan energi jika harga minyak yang tinggi terus berlanjut. Dampak dari semua ini pada keseimbangan fiskal secara neto akan negatif tetapi modest," kata Bank Dunia dalam laporannya pekan lalu. 

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said