Dua Penyebab Pertemuan Keuangan G20 Alot dan Tak Capai Kesepakatan

ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana/hp.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kedua kiri) bersama Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (ketiga kanan) menyampaikan sambutan pembukaan Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) G20 di Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7/2022).
Penulis: Abdul Azis Said
17/7/2022, 09.53 WIB

Anggota G20 juga menegaskan komitmennya untuk menggunakan semua kebijakan yang tersedia untuk mengatasi tantangan ekonomi dan keuangan saat ini, termasuk terhadap risiko krisis pangan. Banyak anggota juga menyatakan kesiapannya mengambil tindakan kolektif yang cepat mengenai ketahanan pangan, termasuk melalui kerja sama dengan inisiatif lain.

"Beberapa anggota meminta lembaga keuangan internasional untuk mengimplementasikan komitmen dalam rencana aksi untuk mengatasi kerawanan pangan," kata dokumen tersebut.

Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam seminar tingkat tinggi terkait krisis pangan pada Jumat (15/7) mendorong dibentuknya kerja sama menkeu dan menteri pertanian G20 mengatasi krisis pangan. Ini mirip dengan inisiatif yang dibentuk untuk kerja sama menkeu dan menteri kesehatan terkait persiapanan penanganan pandemi berikutnya.

Usulan ini berbeda dengan pandangan Menteri Keuangan AS Janet Yellen saat hadir dalam acara yang sama. Yellen menyebut perlu memperkuat komitmen dukungan dari institusi yang sudah ada untuk menangani masalah krisis pangan tersebut, salah satunya forum Aliansi Global untuk Ketahanan Pangan (GAFS) di bawah inisiatif negara anggota G7.

"Kita tidak perlu institusi baru, tapi apa yang kita perlukan adalah koordinasi yang kuat dan berbagi pengetahuan pengemabangan riset, pembiayaan dan aksi," kata Yellen, Jumat (15/7).

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said

Dalam rangka mendukung kampanye penyelenggaraan G20 di Indonesia, Katadata menyajikan beragam konten informatif terkait berbagai aktivitas dan agenda G20 hingga berpuncak pada KTT G20 November 2022 nanti. Simak rangkaian lengkapnya di sini.