Waspada! Angka Kemiskinan Bisa Naik Jika Cadangan Beras Bulog Kritis

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Petugas mengecek jumlah beras di Gudang Perum Bulog Divre DKI Jakarta dan Banten, Kelapa Gading, Jakarta, Jumat (25/11/2022).
26/11/2022, 17.32 WIB

Minimnya Cadangan beras pemerintah atau CBP yang dikelola Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik dapat menyebabkan krisis pangan di dalam negeri tahun depan. Jika krisis CBP Bulog tidak tertangani, inflasi diperkirakan masih bertahan di kisaran 6-7% dan angka kemiskinan naik pada 2023.

Berdasarkan data Bulog, CBP hanya mencapai 594.856 ton per 22 November 2022. Jumlah CBP tersebut jauh di bawah angka ideal minimal sebesar 1,2 juta ton.

Direktur Center of Economic and Law Studies atau Celios, Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan bahwa krisis CBP Bulog akan berdampak pada kemampuan pemerintah dalam mengendalikan inflasi.

Bhima mengatakan, Bulog memiliki fungsi untuk stabilisasi kenaikan harga pangan. Bulog akan menyalurkan stoknya jika terjadi kenaikan harga beras di pasar.

Jika CBP Bulog minim, hal itu akan berdampak pada ketidakmampuan Bulog dalam meredam harga di pasar. Dengan demikian, resiko terjadi inflasi pun akan tinggi.

Kemiskinan bertambah

Bhima memprediksi inflasi pangan masih akan tinggi pada 2023. Selain pangan, inflasi juga masih dipengaruhi oleh biaya logistik kenaikan harga bahan bakar minyak.

"Kalau inflasi dampak BBM dikombinasikan dengan inflasi karena CBP, tahun depan inflasi mungkin bisa bertahan di kisaran 6-7%," kata Bhima kepada Katadata.co.id, Jumat (25/11).

Tidak hanya inflasi, krisis CBP juga bisa berdampak pada jumlah kemiskinan. Bhima mengatakan, sebagian besar indikator garis kemiskinan. Jika banyak warga yang tidak mampu membeli beras, maka semakin banyak masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan.

"Jadi beras itu dibandingkan tanaman pangan lainnya memiliki sensitivitas terhadap kenaikan jumlah orang miskin baru. Nah itu yang harus secepatnya kita hindari," ujarnya.

Kembalikan fungsi Bulog

Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance atau Indef, Ahmad Tauhid, mengkritisi peran Bulog yang saat ini menjadi Perum. Hal ini menyebabkan Bulog dituntut untuk mencari keuntungan.

Dia mengatakan, sebelumnya Bulog sempat mengalami kekhawatiran cadangan berasnya busuk karena tidak bisa tersalurkan. Hal itu disebabkan karena pemerintah menghapus program beras raskin sehingga Bulog sempat kesulitan menyaurkan berasnya.

Menurut Tauhid, Bulog seharusnya fokus sebagai lembaga yang menjaga cadangan pemerintah. "Jadi mereka gak khawatir kalau beras gak habis tersalurkan. Kalau sekarang kan berasnya takut, jadi berdampak pada penyerapan," katanya.

Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional mencatat rata-rata harga beras kualitas medium II (per kg) harian di pasar modern di beberapa provinsi telah menyentuh angka Rp 13,12 ribu per kg, data per Kamis, 24 November 2022. Secara keseluruhan, rata-rata minggu ini naik dibandingkan rata-rata minggu sebelumnya yang tercatat Rp. 13,1 ribu per kg.