Dua data tersebut, kata Ariston, memperkuat ekspektasi pasar bahwa The Fed tak lagi agresif mengerek suku bunga. Dengan demikian, investor akan mulai masuk ke aset berisiko termasuk rupiah.
Pergerakan rupiah juga akan dipengaruhi survei aktivitas manufaktur dan non manufaktur China bulan Maret. Data ini menurutnya bisa menjadi katalis positif untuk rupiah jika hasilnya lebih bagus dari ekspektasi.
Analis DCFX Lukman Leong juga memperkirakan rupiah kembali menguat hari ini di tengah investor yang mulai tertarik masuk ke aset berisiko. Rupiah kemungkinan bergerak di rentang Rp 15.000-Rp 15.100 per dolar AS.
"Investor juga mengantispasi data inflasi PCE AS malam ini, dengan indeks harga, income dan spending semuanya diperkirakan lebih rendah dari bulan sebelumnya, meredakan ekspektasi suku bunga The Fed," kata Lukman dalam catatannya.
Berikut pergerakan rupiah selama tiga bulan terakhir, seperti tertera dalam grafik.