Rupiah melemah 0,48% ke level Rp 15.072 per dolar AS di pasar spot pagi ini, Jumat (28/7). Kurs garuda bersama mata uang regional lainnya terkoreksi setelah pertumbuhan ekonomi AS kuartal II 2023 di atas perkiraan pasar.
Ringgit Malaysia anjlok 0,65% disusul peso Filipina 0,56%, dolar Taiwan 0,54%, won Korea Selatan 0,34%, yuan Cina 0,05% dan dolar Hong Kong 0,01%. Sebaliknya, yen Jepang, dolar Singapura, baht Thailand dan rupee India menguat.
Rupiah kemungkinan tertekan hari ini setelah serangkaian data ekonomi yang positif di AS. Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan kurs rupiah melemah ke kisaran Rp 15.050, dengan potensi support di kisaran Rp 14.950 per dolar AS.
Departemen Perdagangan AS semalam melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua yang lebih tinggi dari perkiraan. Ekonomi AS tumbuh 2,4% secara tahunan, di atas perkiraan pasar hanya 2%.
Selain itu, data tenaga kerja AS yang keluar tadi malam juga mengindikasikan kondisi yang masih ketat. Jumlah klaim asuransi pengangguran di AS untuk pekan lalu turun ke 221 ribu, level terendah dalam lima bulan.
Data ini mengindikasikan pasar tenaga kerja di AS masih ketat, sebagai salah satu faktor yang selama ini pemicu inflasi di negeri paman sam.
Ariston menyebut dua data terbaru itu mendukung ekspektasi sikap hawkish bank sentral AS, The Fed. Data ekonomi yang baik akan mendukung The Fed melanjutkan kenaikan suku bunga sekali lagi tahun ini.
"Yield obligasi pemerintah AS terlihat naik setelah data-data tersebut rilis, yang artinya ada ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS ke depan," tulis Ariston dalam catatannya pagi ini.
Senada, analis pasar uang Lukman Leong menyebut dua data ekonomi AS semalam akan menjadi pemicu koreksi rupiah hari ini. Kurs garuda diperkirakan bergerak di rentang Rp 14.950-15.100 per dolar AS.