Rupiah Menguat 15.639 per Dolar, Berpotensi Tertekan Data Inflasi Cina
Rupiah menguat 0,07% ke level 15.639 terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (9/11). Analis pasar uang Lukman Leong memperkirakan rupiah akan menguat terbatas dalam rentang 15.600 hingga 15.7000.
Adapun para investor tengah menantikan data penjualan ritel Indonesia yang diperkirakan akan lebih tinggi. “Namun penguatan akan terbatas dengan data inflasi Cina yg baru dirilis menunjukan penurunan pada harga yg mencerminkan permintaan yang masih lemah,” kata Lukman kepada Katadata.co.id, Kamis (9/11).
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menilai rupiah mungkin masih berkonsolidasi di level 15.600. Pelemahan masih mungkin terjadi ke arah 15.700, dengan potensi penguatan di support 15.600.
Data CPI atau inflasi konsumen Cina yang baru saja dirilis menunjukkan deflasi untuk bulan Oktober. Pelaku pasar bisa mengasumsikan deflasi ini sebagai akibat penurunan permintaan dan menganggap bahwa terjadi perlambatan ekonomi Cina.
“Persepsi ini bisa memberikan tekanan ke rupiah karena Cina merupakan partner dagang besar Indonesia,” kata Ariston.
Di sisi lain, persepsi sebagian pelaku pasar yang masih melihat tidak ada kenaikan suku bunga AS lagi di rapat the Fed terakhir tahun ini di Desember, bisa mendukung penguatan rupiah terhadap dollar AS.
Menurut survei CME FedWatch Tool terbaru, probabilitas the Fed akan menahan suku bunga acuannya di rapat Desember sebesar 93%.
Melansir Bloomberg, mayoritas mata uang Asia juga mengalami penguatan terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,08%, dolar Hongkong mengiat 0,04%, dolar Singapura menguat 0,08%, peso Filipina menguat 0,19%, ringgit Malaysia menguat 0,08%, dan baht Thailand menguat 0,17%.