Ekonomi Melambat, Kemenkeu Dorong Hilirisasi dan Daya Saing Ekspor

ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/Spt.
Pekerja memantau proses bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (16/11/2023). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2023 mengalami surplus sebesar 3,48 miliar dolar AS lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 3,41 miliar dolar AS sekaligus tercatatkan sebagai surplus selama 42 bulan berturut-turut.
16/1/2024, 14.57 WIB

Tahun ini aktivitas perdagangan Indonesia masih akan dipengaruhi oleh ketidakpastian ekonomi global yang tercermin pada proyeksi perlambatan pertumbuhan ekonomi global oleh berbagai lembaga internasional yang juga diikuti oleh moderasi harga komoditas.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan, pemerintah akan terus memantau dan menyiapkan langkah antisipasi yang diperlukan. Di antaranya dengan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional.

"Kemudian menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi negara mitra dagang utama," ujar Febrio dalam keterangan resmi, Selasa (16/1).

Walau ekonomi diramal melambat, namun neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$ 36,93 miliar pada 2023. Dia mengatakan, capaian tersebut menunjukkan kinerja perdagangan Indonesia terjaga di tengah perlambatan ekonomi global.

“Meski mengalami penurunan dibandingkan tahun 2022, surplus neraca perdagangan 2023 menunjukkan daya tahan eksternal perekonomian nasional di tengah peningkatan risiko global, termasuk moderasi harga komoditas dan perlambatan ekonomi negara mitra dagang utama seperti Cina,” ujarnya.

Tertekan Harga Komoditas, Ekspor RI Turun

Nilai ekspor Indonesia pada 2023 tercatat US$ 258,82 miliar, sedikit di bawah capaian ekspor tahun 2022 sebesar US$ 291,90 miliar. Meski secara nominal ekspor mengalami penurunan, namun dari sisi volume, ekspor Indonesia tahun 2023 masih tumbuh 8,55% yoy.

Febrio bilang, perlambatan nilai ekspor tersebut sejalan dengan moderasi harga komoditas unggulan Indonesia, seperti minyak kelapa sawit dan batu bara.

"Selain itu, perlambatan ekonomi di sejumlah negara mitra dagang utama Indonesia juga memberikan andil terhadap perlambatan nilai ekspor Indonesia," kata Febrio.

Sepanjang 2023, ekspor Indonesia masih terkonsentrasi di Cina dengan share 25,66%, Amerika Serikat dengan share 9,57%, dan India dengan share 8,35%. Sementara ekspor Indonesia menuju ASEAN dan Uni Eropa masing – masing memiliki share 18,35% dan 6,78% terhadap total ekspor Indonesia pada 2023.

Mesin dan Peralatan Elektrik Sumbang Perlambatan Impor 

Di sisi lain, impor Indonesia sepanjang tahun 2023 mencapai US$ 221,89 miliar, turun sekitar 6,55% yoy dibandingkan tahun 2022. Penyumbang perlambatan impor terbesar yaitu mesin atau perlengkapan elektrik dan bagiannya. Sementara mesin dan peralatan mekanis dan bagiannya menyumbang kenaikan impor.

Sama seperti ekspor, secara volume impor Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan  sebesar 8,04% yoy, sejalan dengan masih kuatnya permintaan domestik. Secara sektoral, impor barang modal dan barang konsumsi mencatatkan pertumbuhan positif, sementara impor bahan baku mengalami penurunan.

"Impor terbesar Indonesia juga masih didominasi oleh negara Cina dan Jepang dengan share masing-masing 33,42% dan 8,84% terhadap total impor Indonesia," kata dia.

Reporter: Zahwa Madjid