Cadangan devisa Indonesia terus menurun sejak awal tahun 2024. Bank Indonesia mencatatkan posisi cadangan devisa Indonesia turun menjadi US$ 136,2 miliar pada akhir April 2024.
Nilai itu setara dengan Rp 2.189,4 triliun (kurs: Rp 1.607 per dolar AS). Namun nilai itu turun US$ 4,2 miliar dari bulan sebelumnya yang bisa mencapai US$ 140,4 miliar.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo memastikan jumlah cadangan devisa Indonesia masih dalam batas aman. Bahkan cadangan devisa Indonesia dinilai lebih tinggi dari standar kecukupan yang diterbitkan oleh dana moneter internasional atau international monetary fund (IMF).
“Ada indikator-indikator yang diterbitkan IMF, termasuk untuk kebutuhan intervensi. Cadangan devisa Indonesia lebih tinggi dari ukuran IMF. Jadi tidak usah insecure. Kami pastikan stoknya jauh lebih dari cukup,” ujar Perry dalam taklimat media di Jakarta, Rabu (8/5).
Perry memperkirakan cadangan devisa akan kembali naik seiring dengan kenaikan suku bunga cuan atau BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,25% pada Kamis (24/4). Hal ini turut mendorong arus modal masuk (inflow).
"Meskipun pada kuartal ini ada kenaikan permintaan cadangan devisa, baik untuk pembayaran utang dari korporasi dan pembayaran dividen. Itu sudah kami perkiraan," kata dia.
Senada, Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Fadjar Majardi juga menyebut penurunan posisi cadangan devisa tersebut karena dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.
"Hal ini juga dipengaruhi kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah seiring dengan peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global,” ujar Fadjar
Seperti diketahui, cadangan devisa adalah cadangan uang negara yang terdiri berbagai mata uang asing dan instrumen keuangan lain. Biasanya, cadangan devisa ini digunakan membayar utang luar negeri, menjaga stabilitas rupiah dan melindungi ekonomi dari gonjangan global.