Nilai tukar rupiah masih melanjutkan pelemahan karena pelaku pasar masih memantau perkembangan arah suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed, inflasi AS dan neraca perdagangan Indonesia.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah sudah menyentuh Rp 16.295 per dolar AS pada perdagangan Rabu pagi (12/6). Nilai itu melemah dibandingkan penutupan perdagangan kemarin pada level Rp 16.291 per dolar AS.
Tiga analis memperkirakan pelemahan rupiah pada hari ini dan berpotensi menyentuh Rp 16.300 per dolar AS. Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana melihat pelemahan rupiah pada posisi Rp 16.255 - Rp 16.335 per dolar AS.
Dia mengungkapkan, tiga faktor yang mendorong pelemahan pada hari ini. Pertama, geopolitik global yang mendorong risk off, di mana investor cenderung menghindari investasi pada aset berisiko.
"Kemudian surplus perdagangan Indonesia yang lebih rendah pada tahun ini. Hal ini mendorong defisit transaksi berjalan sejak kuartal II 2023," kata Fikri kepada Katadata.co.id, Rabu (12/6).
Kemudian dipengaruhi kebijakan The Fed yang masih menahan suku bunga tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama atau disebut dengan higher for longer. Kondisi ini yang membuat pelaku pasar khawatir dan mewaspadai kenaikan suku bunga The Fed.
Tak berbeda, Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra juga melihat potensi pelemahan rupiah ke arah Rp 16.300 - Rp 16.330 per dolar AS. Dengan potensi support pada kisaran Rp 16.250 per dolar AS.
Menurut Ariston, potensi pelemahan rupiah masih terbuka lebar saat ini, karena ekspekasi pemangkasan suku bunga AS mulai turun dan kini pelaku pasar masih menantikan data ekonomi AS malam ini.
"Pasar mewaspadai data Inflasi AS untuk bulan Mei dan pengumuman kebijakan moneter AS. Data inflasi AS yang masih meninggi dan sinyal The Fed yang masih mempertimbangkan kenaikan suku bunga bisa mendorong penguatan dolar AS," kata Ariston.
Selain itu, Cina juga mencatatkan deflasi pada periode Mei 2024, yang artinya konsumsi mulai menurun dan dianggap negatif oleh pasar. Ini tentu memberikan sentimen negatif ke aset berisiko seperti rupiah.
Tak berbeda dengan keduanya, Analis Mata Uang Lukman Leong memperkirakna pelemahan rupiah pada rentang Rp 16.250-16.350 per dolar AS. "Investor masih menunggu dan mewaspadai data inflasi AS serta pertemuan pejabat The Fed," kata dia.