Pelemahan rupiah diperkirakan bakal berlanjut pada hari ini karena pelaku masih mewaspadai prospek suku bunga Bank Sentral AS atau The Fed. Kekhawatiran pasar sudah terlihat pada pelemahan rupiah Kamis pagi.
Berdasarkan data Google Finance, nilai tukar rupiah sudah menyentuh Rp 16.424 per dolar AS pada perdagangan sesi pagi. Nilai ini melemah 0,10% atau 17.00.
Analis Mata Uang Lukman Leong memperkirakan pelemahan rupiah pada posisi Rp 16.350 - Rp 16.500 per dolar AS karena kekhawatiran investor terhadap suku bunga The Fed jelang rilis data inflasi AS besok.
"Rupiah diperkirakan masih akan melemah terhadap dolar AS yg kembali rebound dan imbal hasil obligasi AS yang naik," kata Lukman kepada Katadata.co.id, Kamis (27/6).
Tak berbeda, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana juga melihat peluang pelemahan rupiah pada level Rp 16390 - Rp 16490 per dolar AS karena indeks dolar DYX menguat.
"Penguatan DYX dipicu pertanyaan pejabat The Fed Michelle Bowman terkait sinyal hawkish dan sentimen positif ekonomi AS," kata Fikri.
Fikri menjelaskan, sinyal hawkish atau pengetatan kebijakan moneter berdasarkan hasil stress test atau uji tes terhadap 31 bank di AS, yang menunjukkan hasil bagus disertai kecukupan modal yang memadai.
Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra juga melihat dolar AS masih menguat dibandingkan nilai tukar lain pada pagi ini. Tercatat indeks dolar AS naik ke atas 106,0 pada pagi ini, sementara pagi sebelumnya di kisaran 105,6.
"Sehingga potensi pelemahan rupiah ke arah Rp 16.480 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp 16.380 per dolar AS," ujarnya.
Dengan kondisi itu, The Fed tidak akan buru-buru memangkas suku bunga karena masih menjadi pendorong penguatan dolar AS. Bahkan rilis data ekonomi AS lebih bagus dari proyeksi pasar.
Ariston mencontohkan, data Izin Mendirikan Bangunan AS bulan Mei 2024 direvisi dari 1,386 juta izin menjadi 1,399 juta izin karena ekonomi AS masih kuat, namun laju inflasi berpotensi kembali naik.