Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa Jakarta telah lolos dari middle income trap atau jebakan kota berpendapatan menengah.
"Jakarta ini sudah lolos middle income trap, Jakarta pendapatan per kapitanya US$ 21 ribu ," kata Airlangga dalam Tatap Muka – Orasi Ilmiah BJ Habibie Memorial Lecture: Peran Iptek dan Inovasi menuju Indonesia Emas 2045 di Jakarta, Selasa (23/7).
Selain Jakarta, Kota Pelembang, Kabupaten Ogan Komering Ilir di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) juga keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah karena rata-rata pendapatan per kapitanya mencapai US$ 10 ribu. "Kalau kita lihat provinsi lain Palembang, Ogan Ilir itu US$ 10 ribu ," ujarnya.
Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara
Dua provinsi yang lolos dari middle income trap yakni Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Namun dia tidak menyebutkan lebih rinci pendapatan per kapita daerah itu. "Kalau kita lihat Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara itu juga sudah lolos middle income trap," kata dia.
Meski begitu, Airlangga menyebutkan bahwa saat ini rata-rata pendapatan masyarakat Indonesia secara nasional masih di angka US$ 5 ribu dolar per kapita.
Sehingga, Jakarta dan beberapa daerah yang telah lolos middle income trap bisa menjadi contoh bagi provinsi yang lainnya agar secara nasional Indonesia bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah.
"Kalau kita lihat sekarang Indonesia ini pendapatan per kapitanya di akhir tahun ini sekitar US$ 5.000. Tapi kalau kita lihat bagaimana Indonesia lolos middle income trap, lihat Jakarta," ujarnya.
Menurutnya, Indonesia yang saat ini berpenduduk 270 juta jiwa dengan pendapatan per kapita sekitar US$ 5 ribu. Pada tahun 2045, diperkirakan Indonesia akan memiliki 320 juta penduduk dengan pendapatan per kapita antara US$ 26 ribu - US$ 30 ribu.
PDB RI Bisa US$ 9 Triliun
Apabila berhasil lolos dari middle income trap, Indonesia akan menempati posisi ke-4 terbesar di dunia. "Kalau itu tercapai maka ekonomi pendapatan (domestik bruto/PDB) kita adalah US$ 9 triliun," kata Airlangga.
Saat ini, Indonesia peringkat ke-16 dalam perkumpulan G20, di mana PDB Jerman mencapai US$ 4 triliun. Sehingga, Indonesia berpotensi capai PDB sebesar US$ 9 triliun. "Jadi betul betul Indonesia menjadi empat besar, tetapi itu ada seratnya. Syaratnya adalah kita harus punya human resources yang kuat," kata Airlangga.
Untuk mencapai target itu, pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi, inklusif dan ramah lingkungan melalui merevitalisasi mesin ekonomi konvensional yakni peningkatan produktivitas dan daya saing, penguatan pembangunan infrastruktur, membentuk ketahanan pangan dan kerja sama internasional.
Dibarengi dengan pengembangan mesin ekonomi baru meliputi industrialisasi, hilirisasi, industri petrokimia, industri otomotif dan semi konduktor. Lalu, memperkuat ekonomi pancasila seperti perlindungan sosial, pembiayaan ultra mikro lewat KUR, program makan bergizi gratis, dan menciptakan lumbung pangan.
"Pemerintah mempunyai perencanaan dalam pengembangan middle income trap ke depan. Pemerintah juga membuat beberapa strategi kebijakan," kata Airlangga.