Impor Barang Konsumsi Merosot pada Agustus 2024, Sinyal Daya Beli Turun?
Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat nilai impor Indonesia pada periode Agustus 2024 mengalami penurunan secara bulanan, namun meningkat secara tahunan. Salah satunya disebabkan oleh penurunan impor barang konsumsi.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini nilai impor Indonesia pada periode tersebut mencapai US$ 20,67 miliar atau turun 4,93% dibandingkan Juli 2024 dan naik 9,46% dibandingkan Agustus 2023.
Berdasarkan penggunaannya, terjadi penurunan impor barang konsumsi dan bahan baku penolong secara bulanan. Lalu secara tahunan nilai impor barang konsumsi juga mengalami penurunan namun bahan baku penolong atau barang modal meningkat.
Meskipun begitu, Pudji menegaskan bahwa kondisi tersebut belum bisa menyimpulkan adanya penurunan daya beli masyarakat, karena ada banyak faktor yang perlu dipertimbangkan.
“Kalau menggunakan informasi tunggal impor barang konsumsi belum cukup menarik kesimpulan tersebut. Banyak kajian yang perlu dilakukan untuk menunjukkan adanya penurunan daya beli,” kata Pudji dalam konferensi pers, Selasa (17/9).
Impor Migas dan Nonmigas Turun
Meskipun begitu, seluruh nilai impor menurut golongan penggunaan barang selama Januari-Agustus 2024 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Golongan bahan baku penolong meningkat tertinggi senilai US$ 3.981,9 juta atau 3,71%, diikuti barang konsumsi senilai US$ 479,7 juta atau 3,43%, dan barang modal US$ 403,2 juta atau 1,56%.
Selain itu, BPS mencatat impor migas pada Agustus 2024 senilai US$ 2,65 miliar atau turun 25,56% dibandingkan Juli 2024. Angka tersebut turun 0,51% dibandingkan Agustus 2023.
Sementara itu, impor nonmigas pada Agustus 2024 tercatat senilai US$ 18,02 miliar. Angka tersebut turun 0,89% dibandingkan Juli 2024 atau naik 11,09% dibandingkan Agustus 2023.
BPS juga mengungkapkan, tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar adalah Cina mencapai US$ 45,41 miliar atau 35,52% selama periode Januari–Agustus 2024.
Kemudian Jepang US$ 9,30 miliar atau 7,28%, dan Australia US$ 6,57 miliar atau 5,14%. Sementara impor nonmigas dari ASEAN senilai US$ 22,69 miliar atau 17,75% dan Uni Eropa US$ 8,33 miliar atau sebesar 6,52%.