Bank Dunia Ungkap 3 Faktor Penentu Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Apa Saja?

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.
Suasana lanskap ibu kota terlihat dari kawasan Gondangdia, Jakarta, Selasa (14/6/2022). Bank DuniaÊmemprediksiÊpertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 akan mencapai level 5,1% atau turun 0,1% dari proyeksi sebelumnya, namun demikian pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap menjadi salah satu yang tertinggi di dunia.
8/10/2024, 13.16 WIB

Bank Dunia menyoroti tiga faktor yang akan memengaruhi dan menentukan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia. Hal ini terungkap dalam laporan terbaru bertajuk East Asia and Pacific Economic Update.

Ketiga faktor penentu tersebut berupa pergeseran pola perdagangan dan investasi, melambatnya pertumbuhan ekonomi Cina, dan meningkatnya ketidakpastian kebijakan dunia.

Bank Dunia menyebut ketegangan perdagangan yang akhir-akhir ini terjadi antara Amerika Serikat (AS) dengan Cina telah membuka peluang, terutama untuk negara-negara seperti Vietnam dalam memperdalam peran mereka pada rantai nilai global, dengan menghubungkan mitra perdagangan utama.

Ekspor perusahaan-perusahaan asal Vietnam ke Amerika Serikat mengalami peningkatan penjualan hampir 25%. Pertumbuhan itu hampir lebih cepat daripada ekspor ke negara tujuan lain selama periode 2018-2021.

Akan tetapi, negara-negara tersebut kemungkinan mengalami keterbatasan dalam memainkan perannya sebagai penghubung satu arah. Hal itu seiring penerapan berbagai kebijakan asal barang atau rules of origin yang baru dan lebih ketat mengenai pembatasan impor dan ekspor.

Permintaan Impor dari Cina

Lalu faktor kedua yaitu negara-negara tetangga Cina mendapatkan manfaat dari pertumbuhannya kuat selama tiga dekade terakhir. Hanya saja, saat ini daya dorong tersebut melemah.

Cina mengangkat permintaan impor dari negara-negara lain, namun permintaan itu tumbuh lebih lambat daripada produk domestik bruto (PDB). Hal ini tercermin dari impor Cina hanya tumbuh 2,8% dalam tujuh bulan pertama 2024. Padahal pada dekade sebelumnya, impor cina bisa tumbuh hampir 6% per tahun.

Faktor ketiga terkait ketidakpastian global yang dapat berdampak negatif bagi perekonomian di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Hal ini dibarengi ketidakpastian kebijakan ekonomi yang dapat mengurangi produksi sektor industri hingga 0,5% maupun harga saham di Kawasan Asia Timur dan Pasifik hanya 1%.

Wakil Presiden Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik, Manuela V Ferro mengakui, pertumbuhan ekonomi saat ini mengalami perlambatan. Untuk itu, negara-negara di kawasan itu perlu mempertahankan pertumbuhan yang kuat dalam jangka menengah.

“Negara-negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik harus bersikap proaktif memodernisasi dan mereformasi perekonomian mereka dalam menavigasi pola perdagangan maupun teknologi yang terus berubah,” kata Manuela.

Reporter: Rahayu Subekti