Bursa Wall Street di Amerika Serikat (AS) anjlok pada penutupan perdagangan Selasa (15/10) karena pelaku pasar waswas terhadap kinerja sejumlah perusahaan global yang mengecewakan. Hingga akhirnya, mereka memangkas target bisnis tahun ini.
Dow Jones Industrial Average turun 324,80 poin atau 0,75% menjadi 42.740,42, setelah sempat mencapai rekor intraday. Diikuti pelemahan S&P 500 sebesar 0,76% ke posisi 5.815,26 dan Nasdaq Composite jatuh 1,01% ke level 18.315,59.
Sementara saham ASML anjlok 16% setelah perusahaan semikonduktor tersebut melaporkan kinerja yang mengecewakan. CEO ASML mengungkapkan adanya "kehati-hatian" dari pelanggan, serta lambatnya pemulihan dari perkiraan.
Saham Nvidia dan AMD masing-masing juga anjlok 4,7% dan 5,2%. Sedangkan saham VanEck Semiconductor ETF (SMH) merosot 5,4% dan menjadi hari terburuknya sejak 3 September. Saham UnitedHealth juga terperosok 8,1% setelah perusahaan memangkas proyeksi pendapatan setahun penuh, hingga membuat indeks Dow yang terdiri dari 30 saham tertekan.
Hingga saat ini, sekitar 40 perusahaan dalam indeks S&P 500 telah merilis hasil kinerja kuartal ketiga mereka. Berdasarkan data dari FactSet, sebanyak 80% di antaranya berhasil melampaui ekspektasi analis.
Sebelumnya, Wall Street sempat bergairah hingga mengangkat kinerja S&P 500 dan Dow ke rekor tertinggi. Dow bahkan berhasil naik lebih dari 200 poin, menutup perdagangan di atas level 43.000 untuk pertama kalinya.
Meski terjadi penurunan pada perdagangan Selasa, ketiga indeks utama masih mencatatkan kenaikan sepanjang bulan ini. Hal ini menunjukkan Wall Street berada di jalur yang tepat untuk mengatasi musim volatilitas di pasar.
Belum Sepenuhnya Keluar dari Zona Risiko
Kepala Strategi Ekuitas di U.S. Bank Wealth Management, Terry Sandven menilai pasar saham belum sepenuhnya keluar dari zona risiko. Karena sangat sulit mencapai posisi yang lebih baik dari level sekarang. Apalagi, kondisi pasar telah berubah menjadi "beli tinggi, jual tinggi," terutama karena S&P 500 berada pada level tertinggi sepanjang masa.
“Pada tingkat tertentu, pasar saham mungkin akan mengalami sedikit kemunduran,” ujar Sandven dikutip CNBC, Rabu (16/10).
Meski begitu, musim laporan keuangan kuartal ketiga yang positif dan kondisi fundamental yang solid dapat membantu saham-saham bertahan pada level sekarang hingga akhir tahun. Sandven memperkirakan indeks S&P 500 bisa mencapai 6.000 pada akhir tahun, yang berarti ada potensi kenaikan sekitar 3%.
Menurut Sandven, kondisi ini masih penuh peluang sekaligus tantangan bagi para investor. Mengingat, kinerja pasar saham AS dari tahun ke tahun masih sangat kuat dan mencakup banyak sektor.
Namun, ada berbagai kekhawatiran yang membayangi, seperti valuasi saham yang terus naik, ketidakpastian terkait Pemilu AS, meningkatnya ketegangan global, dan faktor lain. Meskipun demikian, pasar saham masih menawarkan banyak peluang menarik secara jangka pendek.
“Jika investor melihat ke akhir tahun dan seterusnya, kami memprediksi volatilitas akan lebih sering terjadi dan menjadi sesuatu yang normal, bukan lagi sesuatu yang luar biasa,” ujarnya.