Saat ini, salah satu segmen dalam bisnis pariwisata dunia yang mengalami pertumbuhan paling pesat adalah wisata halal. Pertumbuhan ini seiring meningkatnya jumlah wisatawan dari negara-negara muslim yang ingin menghabiskan liburan di luar negeri.
(Baca: Transaksi Wisatawan Muslim Muda Diperkirakan Rp 2.700 Triliun di 2026)
Tingginya potensi pasar turisme halal terlihat dari jumlah wisatawan yang terus meningkat. Data yang dihimpun Global Muslim Travel Index (GMTI) menunjukkan, jumlah wisatawan muslim diperkirakan mencapai 158 juta orang pada 2020. Angka itu tumbuh 21 persen dibandingkan jumlah wisatawan pada 2017. Jumlah tersebut di luar ibadah haji dan umrah.
(Baca: Indonesia Peringkat 3 Destinasi Ramah Terhadap Muslim)
(Baca: Pengembangan Industri Wisata 4.0 Tarik Turis Milenial)
Tingginya jumlah wisatawan berimbas pada belanja wisata, mulai dari pembelian tiket pesawat, penginapan, dan akomodasi lain yang mencapai US$ 177 miliar atau sekitar Rp 2.500 triliun pada 2017. Jumlah itu diperkirakan melonjak hingga US$ 300 miliar atau sekitar Rp 4.200 triliun pada 2026.
(Baca: Garap Wisata Halal di Mandalika, Investor Qatar Kucurkan Rp 7 Triliun)
Besarnya potensi wisata halal tersebut turut dilirik oleh negara-negara non-muslim, seperti Singapura, Thailand, Inggris, dan Jepang. Negara-negara tersebut menyiapkan sejumlah fasilitas yang memberikan kenyamanan bagi wisatawan muslim, terutama dalam kemudahan memperoleh makanan halal dan ibadah salat lima waktu. Selain itu, fasilitas toilet pun diperbaiki dengan peralatan yang berbasiskan air.