Kementerian BUMN berencana melebur tujuh BUMN Karya menjadi tiga entitas yang ditargetkan selesai pada September 2024. Peleburan ini untuk efisiensi dan perbaikan kinerja BUMN Karya sehingga keuangannya lebih sehat. Selain itu, peleburan ini disebut bakal mengurangi persaingan lelang proyek antarperseroan.
“Supaya jangan lagi adu-adu tender habis-habisan mereka. Banting-banting harga yang buat mereka rugi, ini juga yang membuat industri konstruksi tidak sehat,” kata Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga pada Kamis 18 Juli.
Skema pertama adalah PT Adhi Karya (Persero) Tbk dilebur dengan PT Brantas Abipraya (Persero) dan PT Nindya Karya (Persero) menjadi satu entitas. Entitas ini akan fokus pada proyek pembangunan air dan rel kereta api.
Proyek-proyek besar terkait yang sedang ditangani Adhi Karya seperti LRT Jabodebek hingga jaringan pipa transmisi Sungai Sepaku di Ibu Kota Nusantara (IKN). Sedangkan Brantas Abipraya pernah menangani proyek Bendungan Ciawi lanjutan hingga Embung Sanur di Bali. Nindya Karya pernah menangani proyek besar Indonesia Arena, Bendungan Titab di Bali, hingga beberapa venue olahraga air Asian Games 2018.
Entitas kedua adalah peleburan PT Hutama Karya (Persero) dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Entitas ini bakal fokus menangani proyek pembangunan jalan tol, jalan non-tol, dan bangunan kelembagaan.
Proyek besar yang dikerjakan Hutama Karya adalah Jalan Tol Trans Sumatera. Sedangkan Waskita Karya menggarap Tol MBZ (Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated) dan sebelumnya proyek LRT Palembang.
Untuk diketahui, saat ini Waskita Karya tengah terbelit masalah keuangan karena menumpuknya utang dan kerugian perusahaan. Berdasarkan laporan keuangan triwulan I 2024, Waskita Karya melaporkan rugi hingga Rp939,5 miliar dengan rasio utang terhadap ekuitas menyentuh angka 7,68.
Entitas ketiga adalah peleburan PT PP (Persero) Tbk dengan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Entitas ini bakal fokus pada proyek pembangunan pelabuhan laut, bandar udara, pabrik, hingga bangunan hunian atau residensial.
Sebelumnya, PP bertanggung jawab atas proyek Yogyakarta International Airport hingga saat ini mengerjakan proyek dermaga logistik dan rusun ASN 1 di IKN. Sedangkan Wijaya Karya sebelumnya menggarap proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ‘Whoosh’ dan saat ini gedung Istana Negara di IKN.
Wijaya Karya saat ini juga tengah menjadi sorotan sebab mencetak rugi hingga Rp1,13 triliun pada kuartal I 2024. Wijaya Karya disebut harus menanggung kerugian akibat utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.