Ada banyak cara untuk mempelajari sejarah khususnya sejarah Indonesia. Salah satunya dengan membaca buku. Tidak harus selalu membaca buku sejarah yang tebal, Anda bisa mempelajarinya lewat novel fiksi.
Ada banyak novel fiksi yang terinspirasi dari peristiwa sejarah di Indonesia. Salah satunya adalah, novel berjudul "Laut Bercerita", yang terinspirasi dari peristiwa penculikan aktivis tahun 1998.
Novel Laut Bercerita merupakan novel fiksi historical yang ditulis oleh Leila Chudori, dan dirilis pada Oktober 2017 oleh penerbit Kepustakaan Populer Gramedia (KPG).
Novel ini sukses menyita perhatian publik hingga buku ini laris terjual dan telah dicetak berulang kali hingga saat ini.
Berkat kesuksesan novel ini, sang penulis berhasil mendapatkan The S.E.A Write Award 2020 yang merupakan penghargaan untuk sastrawan berprestasi di tingkat Asia Tenggara.
Selain itu, novel ini juga berhasil diadaptasi menjadi film pendek yang disutradarai oleh Pritagita Arianegara.
Novel ini fokus mengisahkan tragedi yang terjadi pada tahun 1998 dari berbagai sudut pandang. Dengan latar belakang tersebut, pembaca seolah diingatkan kembali akan masa-masa reformasi 1998, yang penuh dengan kekejaman dan kepahitan yang dialami oleh para pembela rakyat.
Sebelum menulis novel ini, Leila telah melakukan riset wawancara langsung kepada korban atau kerabat korban serta melakukan penyelidikan mendalam terkait tragedi tersebut. Oleh karena itu, pembaca akan menemukan banyak fakta menarik di dalam novel ini.
Bila Anda ingin mengetahui lebih banyak tentang tragedi tersebut, Anda bisa memulainya dari novel ini. Berikut sinopsis novel Laut Bercerita.
Sinopsis Novel Laut Bercerita
Novel Laut Bercerita terbagi menjadi dua bagian dimana masing-masing bagian memiliki sudut pandang dan latar waktu yang berbeda. Bagian pertama diceritakan melalui sudut pandang Biru Laut.
Pada bagian ini, dikisahkan Biru Laut dan tiga teman sesama aktivis diculik oleh sekelompok orang tidak dikenal.
Mereka lalu disekap selama berbulan-bulan di sebuah tempat yang tidak dikenal. Selama disekap, mereka mengalami berbagai penyiksaan agar mereka mau buka suara. Para penculik itu ingin mengetahui siapa dalang dibalik gerakan aktivis dan mahasiswa yang sedang marak kala itu
Di sisi lain, keluarga Wibisono yang merupakan keluarga dari Biru Laut tetap beraktivitas di hari Minggu seperti biasanya setelah memasak bersama, sang ayah menaruh empat piring di meja termasuk untuk Biru Laut. Namun, Biru Laut tidak kunjung muncul.
Bagian kedua diambil dari perspektif adik Biru Laut yaitu Asmara Jati dengan latar waktu dua tahun setelah hilangnya sang kakak.
Pada bagian ini, Asmara Jati dan Tim Komisi Orang Hilang mencoba mencari jejak Biru Laut dan kawan-kawannya yang hilang. Mereka juga berusaha mendapatkan informasi dari para aktivis yang kembali.
Tidak hanya Asmara Jati yang berjuang mencari tahu bagaimana nasib kakaknya. Kedua orang tuanya, Kekasih Laut, Anjani, erta istri para aktivis yang hilang juga menuntut kejelasan akan nasib anggota keluarga.
Lalu, apakah mereka akan berhasil mengetahui nasib anggota keluarga mereka yang hilang? Apa yang sebenarnya terjadi pada Biru Laut dan kawan-kawannya?
Kutipan Bermakna dari Novel Laut Bercerita
Novel Laut Bercerita adalah novel fiksi historical yang terinspirasi dari kisah nyata kekejaman yang pernah terjadi di Indonesia. Begitu banyak kutipan yang mencerminkan semangat perjuangan dan patriotisme yang bisa pembaca temukan.
Selain itu, ada banyak pula kutipan yang penuh value kehidupan yang akan mengiris-iris hati pembaca. Berikut ini beberapa kutipan yang diambil dari novel Laut Bercerita.
"Ketidaktahuan dan ketidakpastian kadang-kadang jauh lebih membunuh daripada pembunuhan."
"Kematianku tak lebih dari seperti saat seorang penyair menuliskan tanda titik pada akhir kalimat sajaknya."
"Kita harus belajar kecewa bahwa orang yang kita percaya ternyata memegang pisau dan menusuk punggung kita."
"Kita tidak bisa berharap semua orang akan selalu loyal pada perjuangan dan persahabatan.”
"Aku tak tahu apakah aku sudah membuat jejak atau belum selama hidupku."
"Sudah. Kamu membuat bait pertama dari puisi hidupmu. Kamu melawan."
"Orang yang suatu hari berkhianat pada kita biasanya adalah orang yang tak terduga, yang kau kira adalah orang yang mustahil melukai punggungmu."
"Pengkhianat ada di mana-mana, bahkan di depan hidung kita, Laut. Kita tak pernah tahu dorongan setiap orang untuk berkhianat: bisa saja duit, kekuasaan, dendam, atau sekadar rasa takut dan tekanan penguasa."
"Kita tak bisa berharap semua orang akan selalu loyal pada perjuangan dan persahabatan.”
"Kita tak boleh jatuh, tak boleh tenggelam, dan sama sekali tak boleh terhempas karena peristiwa ini."
"Kebenaran ada di tangan mereka yang memihak rakyat."
“Kita tak ingin selama-lamanya berada di bawah pemerintahan satu orang selama puluhan tahun, Laut. Hanya di negara diktatorial satu orang bisa memerintah begitu lama...seluruh Indonesia dianggap milik keluarga dan kroninya."