Advertisement
Analisis | Seberapa Besar Efek Cak Imin Bisa Dongkrak Elektabilitas Anies? - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Seberapa Besar Efek Cak Imin Bisa Dongkrak Elektabilitas Anies?

Foto: Joshua Siringo ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Deklarasi Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar (Cak Imin) sebagai pasangan capres-cawapres mengubah lanskap politik menjelang Pilpres 2024. Dengan menggandeng ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tersebut, Anies berupaya menaikkan elektabilitasnya yang dalam tren menurun. Dia berharap dapat memperkuat basis massa di Jawa Tengah dan Jawa Timur, terutama dari kalangan nahdliyin.
Vika Azkiya Dihni
7 September 2023, 14.02
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Deklarasi pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengubah lanskap politik menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Terlepas dari drama politik yang terjadi, kans elektabilitas Anies pun berpeluang terdongkrak suara dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

Tren elektabilitas Anies memang cenderung menurun dalam sejumlah survei sejak akhir 2022. Di Pulau Jawa, yang menjadi kunci kemenangan karena memiliki lebih 50% suara, elektabilitas Anies pun terbilang rendah. 

Anies memiliki basis suara yang cukup kuat di Jakarta dan Jawa bagian barat. “Kami lemah di Jawa Timur dan lemah Jawa Tengah,” kata Anies kepada Najwa Shihab dalam “Blak-blakan Anies-Muhaimin” di acara Mata Najwa yang tayang pada 5 September 2023.  

Menurut dia, sejak Juni 2023 sudah menyampaikan perlunya merangkul PKB. Hal ini lantaran partai politik yang dipimpin Cak Imin tersebut memiliki basis elektoral yang kuat di kedua provinsi tersebut. 

“Jadi, ketika ada nama ini (Muhaimin Iskandar), ini adalah nama yang sesuai dengan kebutuhan,” lanjut Anies.

Jika merujuk kepada hasil survei elektabilitas, tingkat keterpilihan Anies adalah yang terendah dibandingkan dua bakal capres lainnya, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Dalam jajak pendapat yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI), tingkat elektabilitas Anies sebesar 22,2% pada Agustus 2023 turun dari 28,2% pada Agustus 2022. 

Ganjar menempati urutan pertama dengan elektabilitas mencapai 37% naik dari sebelumnya 31,7% pada periode sama. Sementara elektabilitas Prabowo naik dari 30,1% menjadi 35,3%. Masih merujuk survei yang sama, Anies Baswedan lemah di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Angka elektoral Anies cukup besar di DKI Jakarta dan Sumatera.

Akankah Elektabilitas Anies Melejit?

Dalam sejumlah survei, elektabilitas Muhaimin Iskandar merupakan yang terendah dibandingkan calon wakil presiden (cawapres) lain. LSI mencatat, elektabilitas Cak Imin berada di posisi terendah dibandingkan kandidat cawapres lainnya. 

Dia hanya mampu mendulang elektabilitas 1,3% pemilih pada Juli 2023. Sementara Erick Thohir paling banyak dipilih sebagai cawapres dengan elektabilitas 18,5%, baru kemudian Ridwan Kamil 16,6%, Sandiaga Uno 11%, dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) 10%.

Survei Litbang Kompas juga mencatat elektabilitas Cak Imin selama Januari hingga Agustus 2023 hanya di kisaran 0,2%-0,4%. Angka ini jauh di bawah nama kandidat cawapres lainnya. 

Sementara jika ditanya siapa yang paling pantas menjadi wakil dari Anies, mayoritas menjawab AHY dengan suara 22,2%. Diikuti Sandiaga Uno 23,4%, Khofifah 9,2%, Susi Pudjiastuti 5,4%, dan Airlangga Hartarto 2,8%. Sedangkan Muhaimin Iskandar di posisi keenam dengan suara 2,6%.

Meski demikian, Dosen Komunikasi Politik UGM Nyarwi Ahmad mengatakan, berpasangan dengan Muhaimin, bukan tidak mungkin daya elevasi elektabilitas Anies meningkat cukup tajam. 

“Sebagaimana kita tahu, PKB yang saat ini dipimpin Cak Imin memiliki basis inti yang sangat kuat di Jawa Timur, dan cukup kuat di Jawa Tengah. Sementara elektabilitas Anies di kedua provinsi ini sangat rendah,” kata Nyarwi kepada Katadata.co.id, Jumat, 1 September 2023.

“Di sini, peluang Cak Imin untuk membantu akselerasi elektabilitas di kedua provinsi ini masih terbuka lebar,” lanjut Nyarwi yang juga Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS).

Jawa merupakan kantong suara terbesar, apalagi pada pemilihan yang berbasis suara perorangan. Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU), Pulau Jawa mewakili 58,2% suara nasional pada pemilu legislatif 2019. 

Karena suaranya yang besar, kandidat yang dapat menguasai Jawa memiliki potensi untuk menang lebih besar, terutama di wilayah Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

Berdasarkan hasil Pemilu 2019, PKB berhasil memperoleh 4,2 juta suara atau 19,4% di Jawa Timur. Porsi suara tersebut sama dengan yang diperoleh PDI Perjuangan. Sementara di Jawa Tengah, suara PKB sebesar 14,1% di bawah PDI Perjuangan yang memperoleh 29,6%. 

Menurut Nyarwi, baik Nasdem maupun Cak Imin (PKB) mampu menjalankan manuver politik yang sangat cerdik. Momentumnya pun dinilai cukup tepat yakni hanya beberapa pekan setelah PAN dan Golkar bergabung ke koalisi Prabowo.

Nyarwi mengatakan, langkah Nasdem dan Cak Imin ini tidak hanya berpotensi mengguncang blok koalisi pengusung Prabowo. Namun juga sangat potensial mengguncang basis dukungan Prabowo dan Ganjar, khususnya di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Pengaruhnya terhadap Pemilih NU

PKB adalah partai yang didirikan oleh para kyai Nahdlatul Ulama (NU), sehingga sangat identik dengan kalangan nahdliyin. Selain karena menjabat sebagai Ketua Umum PKB, Muhaimin juga merupakan keturunan dari pendiri salah satu NU yakni KH Bisri Syansuri.

NU merupakan organisasi masyarakat Islam dengan jumlah pengikut terbesar di Indonesia. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyebutkan anggota NU berjumlah sekitar 150 juta jiwa atau sekitar 59,2% dari total penduduk Muslim Indonesia pada 2022.

Dengan jumlah anggota yang besar itulah, tak heran apabila para kandidat di Pilpres 2024 berebut meraih simpati warga NU. 

Berdasarkan data, PKB memang memiliki basis pemilih yang kuat di Jawa Timur. Meski demikian, tidak semua pemilih dari kalangan NU memilih partai politik yang diketuai Muhaimin tersebut. 

Hasil survei Litbang Kompas pada Mei 2023 lalu menunjukkan, PDI Perjuangan merupakan partai yang paling banyak dipilih oleh warga NU. Berdasarkan survei ini, elektabilitas PDI Perjuangan di kalangan NU juga meningkat dari 19,9% pada Januari 2023 menjadi 22,6% pada Mei 2023.

Partai Gerindra di posisi kedua yang elektabilitasnya di kalangan NU sebesar 19,6% pada Mei 2023. Sementara tingkat keterpilihan partai-partai politik lainnya di kalangan nahdliyin terpaut cukup jauh dari PDI Perjuangan dan Gerindra. 

Partai Demokrat misalnya, duduk di posisi ketiga dengan elektabilitas sebesar 7,4%, disusul oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 7,4%, dan Partai Golkar 7,1%. “Pilihan dari warga NU tidak serta merta tunggal kepada partai politik tertentu,” tulis Litbang Kompas.

Selain itu juga, kecenderungan masing-masing pemilih terhadap partai politik bisa jadi berbeda dari calon yang direkomendasikan oleh partai tersebut. Selain Muhaimin, selama ini ada beberapa warga NU lainnya yang namanya sempat disebut dalam bursa bakal cawapres, yaitu Yenny Wahid, Erick Thohir, dan Khofifah Indar Parawansa.

Dalam survei LSI pada Juli 2023, responden yang memilih PKB dalam Pileg 2019 paling banyak memilih Erick Thohir sebagai cawapres 2024. Sementara suara Muhaimin hanya 9% berada di bawah Ridwan Kamil dan Khofifah.

Editor: Aria W. Yudhistira