Advertisement
Advertisement
Analisis | Benarkah Lockdown Saat Lonjakan Covid-19 Akan Merobohkan Ekonomi? - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Benarkah Lockdown Saat Lonjakan Covid-19 Akan Merobohkan Ekonomi?

Foto: Joshua Siringo Ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Hampir 500 hari Indonesia dalam tekanan pandemi Covid-19, tapi jumlah kasus terus meningkat. Berbagai kalangan mendesak pemerintah menerapkan karantina wilayah atau lockdown. Bagaimana pemerintah menyikapinya di tengah ancaman resesi ekonomi yang berkepanjangan?
Dimas Jarot Bayu
22 Juni 2021, 16.42
Button AI Summarize

Sejumlah kalangan dari berbagai latar belakang beberapa hari lalu membuat petisi dan surat terbuka. Dalam petisi tersebut, mereka meminta pemerintah memberlakukan karantina wilayah atau lockdown karena jumlah kasus baru Covid-19 terus melonjak.

Bahkan pertambahan kasus mencapai 14.536 orang pada Senin, 21 Juni 2021. Angka tertinggi sejak Presiden mengumumkan dua kasus pertama pada 2 Maret tahun lalu.

“Jika situasi ini terus dibiarkan, kami khawatir tragedi kematian massal di India bukan tidak mungkin terjadi di Indonesia,” kata perwakilan Lapor Covid-19 Ahmad Arif dalam konferensi virtual pada Minggu, 20 Juni 2021.

Namun apakah Presiden Joko Widodo mau menerapkan lockdown yang artinya mengangkat tuas rem darurat dalam menangani pandemi Covid-19?

Wacana lockdown bukan kali ini saja mengemuka. Ketika pandemi mulai menyeruak masuk ke tanah air pada tahun lalu, desakan agar Indonesia menerapkan karantina wilayah disampaikan banyak kalangan. Tetapi pemerintah menolak usulan tersebut karena dianggap mengorbankan perekonomian.  

Bagi pemerintah, penanganan corona harus beriringan dengan menjaga pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi akibat krisis corona. Istilahnya, menurut Joko, “rem dan gas harus betul-betul seimbang” dalam penanganan masalah kesehatan dan ekonomi.

Pemerintah kemudian memilih penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Strategi itu pun diubah menjadi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro yang ruang lingkupnya lebih kecil.

Lalu apakah benar jika strategi lockdown dalam penanganan corona mengenyampingkan ekonomi? Bila melihat data di Asia Tenggara, sekurangnya tiga negara yang menerapkan lockdown secara penuh, yakni Vietnam, Singapura, dan Malaysia.

Vietnam melakukan lockdown di seluruh wilayahnya pada 1-22 April 2020 saat kasus Covid-19 mulai masuk ke negara itu. Kebijakan tersebut dilakukan lagi selama 15 hari di Da Nang pada 28 Juli 2020 karena adanya satu kasus corona yang tak diketahui sumber penularannya.

Vietnam kembali melakukan lockdown di Provinsi Hai Duong sejak 15 Februari 2021. Kebijakan tersebut pun diperluas ke sejumlah wilayah hingga saat ini lantaran penularan virus corona yang mulai kembali meningkat.

Singapura melakukan lockdown ketat bernama Circuit Breaker pada 3 April hingga 1 Juni 2020. Kebijakan itu kembali diberlakukan secara parsial sejak 16 Mei 2021 dan telah dilonggarkan pada 14 Juni 2021.

Malaysia melakukan lockdown secara penuh sejak 18 Maret hingga 3 Mei 2020. Kebijakan itu kemudian dilonggarkan pada 4 Mei-9 Juni 2020. Negeri Jiran kemudian masuk ke fase pemulihan sejak 10 Juni 2020 sampai 31 Maret 2021.

Pada 1 Juni 2021, Malaysia menerapkan total lockdown di seluruh wilayahnya. Hal tersebut mengingat penularan corona yang masif karena masuknya corona varian Delta asal India.

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira