Ledakan kasus Covid-19 di tanah air mendorong pemerintah mempercepat program vaksinasi. Namun sejumlah tantangan merintangi program yang sudah dimulai sejak Januari 2021. Ada keengganan masyarakat untuk divaksinasi, lantaran banyak rumor seputar efek samping vaksin
Survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) terhadap 1.200 responden di seluruh Indonesia pada Maret 2018 hingga Juni 2021 menunjukkan, alasan utama atau 55,5% dari masyarakat enggan divaksinasi Covid-19 lantaran takut efek samping.
Berikutnya, alasan 25,4% masyarakat tak mau divaksinasi karena beranggapan vaksinasi tidak efektif. Sebanyak 19% merasa tidak membutuhkannya karena badan sehat dan sebanyak 9,9% mengira bahwa vaksin mungkin tidak halal. Lalu, 8,7% masyarakat mengatakan enggan membayar untuk suntik vaksin.
Meskipun dari sejumlah uji klinik, tingkat kemanjuran vaksin sudah di atas batas yang ditetapkan WHO. Namun sejumlah masyarakat tetap mempercayai dampak negatif yang disebabkan vaksin Covid-19. Salah satunya adalah potensi dampak vaksin terhadap kesuburan laki-laki.
Dalam survei yang dilakukan beberapa peneliti di RS Dr. M. Djamil Padang dan Universitas Andalas terhadap staf rumah sakit RS Dr. M. Djamil pada 9-13 Februari 2021, tidak ditemukan adanya efek samping yang menganggu kesuburan laki-laki.
Laporan survei yang dimuat dalam jurnal Data in Brief menyebutkan efek samping yang ada antara lain bengkak, kemerahan, gatal, demam, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, dan batuk. Itu pun terjadi hanya pada sebagian kecil responden. Sementara sebagian besar lainnya tidak mengalami reaksi apapun.
Studi atas Keamanan Vaksin terhadap Kesuburan Pria
Sampai saat ini, masih sedikit penelitian tentang pengaruh virus atau vaksin terhadap sistem reproduksi laki-laki. Tapi baru-baru ini, investigasi yang dilakukan oleh para dokter dan peneliti di Universitas Miami memberi pencerahan terhadap pertanyaan seputar efek samping vaksin Covid-19, khususnya yang bisa membuat kemandulan pria.
Berdasarkan laporan yang dimuat di The Journal of The American Medical Association tersebut, para peneliti melakukan uji laboratorium terhadap sperma 45 laki-laki yang belum pernah terpapar Covid-19. Sampel diambil sebelum dan setelah menerima dua dosis vaksin Pfizer dan Moderna.
Dengan sampel tersebut, ahli andrologi menguji volume, konsentrasi, motilitas, dan jumlah sperma total motil (TMSC). Hasilnya, konsentrasi sperma meningkat setelah vaksin dibandingkan sebelum menerima vaksin. Artinya, vaksin Covid-19 aman bagi reproduksi laki-laki.
Sebaliknya, potensi implikasi gangguan kesuburan justru terjadi kepada pria yang pernah terpapar Covid-19 dan belum menerima vaksinasi. Para dokter dari Universitas Miami menganalisis jaringan otopsi dari testis enam laki-laki yang meninggal karena infeksi COVID-19.
Hasilnya, virus COVID-19 muncul di jaringan kelamin salah satu laki-laki dan tiga orang lainnya mengalami penurunan jumlah sperma. Sementara pada pasien laki-laki yang berhasil sembuh dari Covid-19, virus corona masih ditemukan di testisnya setelah tiga bulan pulih.
Temuan ini tidak sepenuhnya mengejutkan. Para ilmuwan tahu bahwa virus lain bisa menyerang testis lebih parah. Misalnya saja virus Zika yang dapat masuk ke testis dan menyebabkan peradangan. Sekitar 20% laki-laki yang terinfeksi virus ini akan mengalami gangguan produksi sperma.
Senada, penelitian efek vaksin Covid-19 terhadap kesuburan pria juga dilakukan oleh Hebrew University of Jerusalem, Israel pada Mei 2021. Dalam laporan awal yang dipublikasikan di medrxiv.org, para peneliti tersebut menguji sperma 43 laki-laki yang sedang mengikuti program bayi tabung (In vitro fertilisation/ IVF) di sebuah rumah sakit di Israel. Sperma tersebut dibandingkan sebelum dan setelah menerima dua dosis vaksin Pfizer COVID-19.
Hasilnya, para peneliti tidak menemukan penurunan jumlah atau motilitas sperma (persentase sperma yang “berenang”) setelah vaksinasi. Ini berlaku untuk pria dengan dan tanpa faktor infertilitas.
Berdasarkan penelitian tersebut, tidak ada bukti bahwa vaksin membahayakan sistem reproduksi laki-laki. Namun mengabaikan vaksin dan tertular COVID-19 justru bisa mengganggu sistem reproduksi laki-laki.
“Hoaks itu, nggak ada hubungannya vaksin dengan reproduksi di dalam tubuh,” ujar epidemiolog dari Universitas Airlangga Laura Navika Yamani kepada Katadata.co.id.
Bagaimana Cara Kerja Vaksin Covid-19?
Menurut Laura, vaksin Covid-19 bekerja dengan cara yang sama seperti semua vaksin lainnya, dengan mengaktifkan respons kekebalan alami tubuh. Vaksin mengekspos versi yang tidak berbahaya atau sebagian kecil dari virus ke sistem kekebalan tubuh, memicunya untuk membuat antibodi yang dapat melawan infeksi di masa depan.
Mengutip situs Science Alert, perbedaan di antara produsen vaksin terletak pada bagaimana mereka membuat virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 menjadi tidak berbahaya atau bagian mana dari virus yang mereka gunakan. Banyak perusahaan vaksin Covid-19 telah memilih untuk menggunakan protein paku virus corona sebagai bahan utamanya.
Protein paku virus corona ada di permukaan virus dan merupakan target respons imun selama infeksi. Vaksin 'generasi berikutnya', seperti vaksin dari Pfizer dan Moderna, menggunakan materi genetik, RNA, untuk mengkode protein paku virus corona. Sementara vaksin dari AstraZeneca menggunakan DNA.
“Terkait kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI) atau efek samping yang muncul memang sesuatu yang wajar. Jadi vaksin apapun itu akan memberikan kemungkinan terjadinya efek samping,” jelas Laura.
Akan tetapi, sampai seberapa banyak atau berat itu tergantung dengan respons tubuh individu masing-masing. Oleh karena itu, lanjut Laura, orang yang akan menerima vaksin disarankan dalam kondisi fit. Artinya, cukup tidur dan cukup makan sehingga tidak menimbulkan efek samping yang berat.
“Namanya kalau ada benda asing yang dimasukkan ke dalam tubuh, kemudian tubuh merespons. Kalau responsnya kuat, akan muncul gejala seperti demam, atau mungkin ada bekas suntikan yang membuat linu, kemudian sebabkan ruam merah. Itu hal yang wajar, tapi sifatnya itu sementara hanya satu dua hari,” ucap Laura.
Jika seseorang mengalami efek samping berat dari vaksin, Laura menyarankan agar segera memeriksakan ke fasilitas kesehatan sehingga mendapatkan penanganan yang lebih cepat. Namun, dia mengatakan gejala tersebut harus dikonfirmasi oleh dokter terlebih dahulu untuk memastikan apakah penyebabnya dari vaksin atau yang lain.
“Jadi nggak perlu takut vaksin. Kalo efek sampingnya banyak dan menimbulkan banyak kematian pasti sudah di-stop kan?” kata Laura.
Editor: Aria W. Yudhistira