Advertisement
Advertisement
Analisis | Titik Rawan Pedagang Pasar Terinfeksi Covid-19 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Titik Rawan Pedagang Pasar Terinfeksi Covid-19

Foto: Joshua Siringo Ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Pasar salah satu lokasi rawan penularan Covid-19. Rendahnya penerapan protokol kesehatan dan maraknya hoaks seputar vaksinasi menyebabkan pedagang pasar rentan terinfeksi corona. Padahal pedagang termasuk kelompok prioritas penerima vaksin.
Dimas Jarot Bayu
25 Agustus 2021, 10.53
Button AI Summarize

Pasar telah menjadi salah klaster penularan Covid-19 di Indonesia. Tingginya aktivitas yang melibatkan banyak orang, serta minim protokol kesehatan menyebabkan pedagang dan pembeli rentan terinfeksi virus corona. Tak sedikit bahkan pedagang yang diketahui positif mengidap Covid-19.

Hal ini tergambar dari survei daring yang digelar Katadata Insight Center (KIC) terhadap 1.454 pedagang di 227 pasar di 34 provinsi. Dalam survei yang dilakukan pada 9 Juni-16 Juli 2021 tersebut diketahui ada 51,5% pasar yang pedagangnya telah terinfeksi corona.

Mayoritas pasar tersebut berada di wilayah Indonesia bagian barat, yakni 73,3%. Sedangkan di wilayah tengah sebanyak 23,3% dan 3,4% di sebelah timur. Tak hanya itu, lebih dari seperempat pedagang pasar tersebut diketahui memiliki kolega yang juga positif Covid-19.


Manajer Riset KIC Vivi Zabkie mengatakan, tingginya kasus positif Covid-19 di pasar lantaran rendahnya penerapan protokol kesehatan. Padahal, pasar merupakan salah satu lokasi yang dapat menimbulkan kerumunan dan risiko tinggi.

Dari hasil survei, sebanyak 95,2% pedagang memang telah disiplin mengenakan masker di tempat umum, termasuk pasar. Ini lantaran adanya ancaman penutupan kios jika para pedagang tak mengenakan masker saat berjualan.

Walau demikian, hanya 56,4% pedagang pasar yang sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Pedagang pasar yang menjaga jarak saat bertemu orang lain, misalnya saat melayani pembeli, hanya sebesar 51,6%.

Kemudian, pedagang pasar yang menggunakan disinfektan untuk membersihkan tangan ketika sabun dan air tidak tersedia cuma sebesar 46,8%. Sementara hanya 34,9% pedagang yang tidak mengadakan atau mengadiri pertemuan yang diikuti banyak orang.

Pedagang yang menghindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang belum dicuci juga hanya 33,1%. Hanya 28,7% pedagang yang membatasi jumlah dan waktu bertemu orang selain anggota keluarganya di rumah. Pedagang yang aktif melakukan tes jika merasa gejala tertular corona pun hanya 10,5%.

“Untuk pemakaian masker, mereka cenderung disiplin. Namun, di bagian lainnya yang membutuhkan kesadaran pribadi itu sulit diterapkan oleh mereka,” kata Vivi ketika dihubungi pada Senin, 23 Agustus 2021.

Lebih lanjut, kurang dari setengah pedagang yang akan langsung melakukan pemeriksaan jika kontak erat dengan pasien yang positif corona. Sebanyak 33,5% pedagang memilih konsultasi terlebih dulu dengan tenaga kesehatan atau dokter.

Sementara 14,3% pedagang baru akan melakukan tes jika memiliki gejala tertular corona. Sebanyak 3,6% pedagang lainnya bahkan mengaku tak akan memeriksakan dirinya, meskipun telah kontak dengan orang yang positif corona.

Mereka beralasan enggan memeriksakan dirinya karena takut biaya tes yang mahal. Selain itu, mereka takut dinyatakan positif corona. Kondisi ini tak lepas dari banyaknya hoaks yang beredar terkait dengan pemeriksaan corona. Padahal, tes corona justru menjadi upaya penting dalam memutus rantai penularan virus mematikan tersebut. 

Selain kurangnya penerapan protokol kesehatan, para pedagang belum semuanya telah mendapatkan vaksinasi. Padahal pedagang pasar merupakan salah satu kelompok prioritas vaksinasi Covid-19.

Hasil survei menunjukkan, baru 32,4% pedagang pasar yang sudah divaksinasi penuh. Sebanyak 22,3% pedagang pasar baru mendapatkan dosis pertama. Sementara, 45,3% lainnya belum divaksinasi sama sekali.

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira