Advertisement
Analisis | Potensi Besar Wisata Olahraga di Indonesia - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Potensi Besar Wisata Olahraga di Indonesia

Foto: Joshua Siringo-ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Wisata olahraga di Indonesia dapat menjadi alternatif agar tidak selalu mengandalkan wisata alam. Nilai ekonomi dari sektor ini menguntungkan, tak hanya bagi pemerintah tapi juga masyarakat. Selain itu, konsep wisata ini bisa jadi motor penggerak kebangkitan pariwisata pasca-gempuran Covid-19.
Annissa Mutia
13 November 2021, 08.50
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Wisata olahraga dapat menjadi andalan untuk mendongkrak industri pariwisata Indonesia yang terpuruk akibat pandemi Covid-19.

Selama pandemi, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mencatat, sektor pariwisata mengalami kerugian lebih dari Rp 10 triliun selama pandemi Covid-19 yang diiringi dengan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kerugian tercermin dari kontraksi yang cukup besar dari produk domestik bruto (PDB) nasional pada kuartal kedua dan ketiga 2020. 

Angka kunjungan wisatawan mancanegara pun jeblok. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengatakan pada 2020 kunjungan wisatawan asing turunnya hampir 75% dibandingkan 2019 . Sedangkan wisata Nusantara turun 30%. Akibatnya, hampir 1,58 juta pekerjaan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif terkena dampaknya.

Sesuai namanya, wisata olahraga adalah wisata yang dikombinasikan dengan olahraga. Bentuk negara kepulauan dengan pemandangan yang indah, ragam kontur alam yang bervariasi, dan wilayah yang luas menjadi modal Indonesia menyelenggarakan ajang olahraga nasional. Dengan demikian, sektor wisata ini dapat menarik wisatawan asing ke Indonesia. 

PENGEMBANGAN WISATA OLAHRAGA

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menjelaskan, adanya wisata olahraga dengan kearifan lokal tidak hanya menarik wisatawan karena destinasinya saja. Melainkan juga dengan kearifan budaya lokal yang dapat membangkitkan ekonomi sekaligus membuka lapangan kerja.

“Ini (wisata olahraga) merupakan bentuk adaptasi dan inovasi kita. Karena penyelenggaraan event merupakan salah satu cara yang efektif untuk mendatangkan wisatawan ke suatu destinasi,” kata Sandiaga dalam keterangan resmi beberapa waktu lalu.

Inovasi dalam wisata olahraga sangat terbuka luas. Beberapa kegiatan fisik dalam wisata olahraga antara lain pendakian gunung, panjat tebing, olahraga selam, sepeda gunung, out bond, dan olahraga tradisional.

Berdasarkan Kemenparekraf, Indonesia mempunyai lima destinasi wisata olahraga unggulan. Kelima tujuan wisata tersebut, yaitu, Balap Sepeda Tour de Singkarak Sumatera Barat, Borobudur Marathon Jawa Tengah Sail Sabang Aceh, Bali Pro, dan The Mandalika Nusa Tenggara Barat.

POTENSI WISATA OLAHRAGA

Dampak ekonomi wisata olahraga sangat potensial di Indonesia. United Nations World Tourism Organizations (UNWTO) menjelaskan, wisata olahraga termasuk tren pariwisata yang memiliki pasar cukup besar. Diperkirakan pertumbuhan wisata olahraga di Indonesia bisa mencapai Rp 18.790 triliun hingga 2024 mendatang.

Seperti dilansir dari Katadata.co.id, Sandiaga mengatakan saat ini kontribusi sektor parekraf kepada PDB sekitar 4,3%. “Saya menargetkan 5-10 tahun lagi kontribusinya bisa mencapai 10-12 persen dari PDB,” kata Sandiaga Uno dalam diskusi virtual DBS Asian Insight dan IDE Katadata 2021, Senin (22/3/2021). 

Wisata olahraga membawa beberapa manfaat signifikan bagi destinasi yang menyelenggarakan acara. Dampak ekonomi dapat dirasakan baik langsung maupun tidak langsung.

Dampak ekonomi langsung terhadap ekonomi lokal dapat diperoleh dari pengeluaran oleh wisatawan mancanegara untuk keperluan fasilitas tuan rumah, hotel, restoran, dan tempat hiburan. Selain itu, wisata olahraga juga dapat merangsang lapangan pekerjaan baru di wilayah tujuan wisata yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia sebesar US$ 2.165,02 per kunjungan pada 2020 atau Rp 30,52 juta (kurs Rp 14.100/US$). Jumlah itu naik hingga 88,98% jika dibandingkan pada tahun sebelumnya yang sebesar US$ 1.145,64 per kunjungan.

Berdasarkan jenis pengeluarannya, sebagian besar pengeluaran wisman selama berada di Indonesia pada 2020 digunakan untuk akomodasi, yakni mencapai 40,4% dari total. Angka itu naik 1,80 poin dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 38,6%.

Dampak ekonomi tidak langsung dari wisata olahraga internasional yaitu dapat meningkatkan citra dan peluang wisata di berbagai lokasi pariwisata Indonesia. Pada gilirannya, daerah-daerah ini menarik pengunjung di masa depan.

Salah satu contoh wisata olahraga yang segera dilaksanakan pekan depan, yaitu ajang  balapan World Superbike (WSBK) di Sirkuit Mandalika. Ajang tersebut diharapkan akan menjadi momen kebangkitan pariwisata tanah air.

Sandiaga mengatakan ajang WSBK memegang peranan penting bagi sektor parekraf khususnya di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Pemerintah sudah memberikan panduan penyelenggaraan kegiatan, di mana sebanyak 25 ribu orang diizinkan menonton ajang balapan tersebut, dengan syarat sudah menerima vaksin Covid-19 dosis lengkap. Untuk menarik minat wisatawan, harga tiket penyelenggaraan WSBK telah disesuaikan, yakni Rp 150 ribu untuk hari pertama, Rp 200 ribu untuk hari kedua, dan Rp 300 ribu di hari ketiga.

Sebelumnya, PT. Pengembang Pariwisata Indonesia (ITDC) dan Mandalika Grand Prix Association (MGPA) telah mengumumkan harga tiket balap motor World Superbike 2021. Tiket dijual mulai dari harga Rp795 ribu sampai Rp2,82 juta (belum termasuk pajak) yang berlaku untuk menonton selama tiga hari (19-21 November).

Di tengah adaptasi terhadap new normal, pemerintah perlu melakukan inovasi guna mendongkrak sektor pariwisata Tanah Air. Dengan begitu, wisata Indonesia semakin kreatif mendatangkan wisatawan sehingga tidak memulu bertopang kepada wisata alam.

Editor: Aria W. Yudhistira