Advertisement
Advertisement
Analisis | Jejak Polusi setelah Mengakses Media Sosial Instagram hingga Facebook - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Jejak Polusi setelah Mengakses Media Sosial Instagram hingga Facebook

Foto: Joshua Siringo ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Akses media sosial, seperti Instagram, Facebook, atau TikTok sudah menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari. Aktivitas ini terlihat menyenangkan dan tidak merusak lingkungan. Padahal, ada jejak emisi karbon dan penyebab polusi udara dari setiap klik berselancar di media sosial. Bagaimana penjelasannya?
Andrea Lidwina
12 April 2023, 10.49
Button AI Summarize

Hari ini, Anda mungkin sudah mengunggah konten di Instagram Story, berkeluh kesah dalam beberapa twit di Twitter, atau membuat video pendek di TikTok. Anda juga mungkin telah berinteraksi di platform media sosial lain.

Atau, Anda yang termasuk pengguna pasif mungkin baru saja melihat unggahan teman-teman Anda di Facebook, sambil sesekali memencet tombol like, juga menonton video-video menghibur di YouTube.

Semua perilaku itu tampak tidak berbahaya, bahkan sudah akrab kita lakukan sehari-hari. Bangun tidur pun kini tidak lagi langsung diikuti dengan mandi pagi, tetapi mengecek media sosial terlebih dahulu.

Kehadiran internet dan media sosial memang terlihat sebagai jawaban untuk gaya hidup yang lebih berkelanjutan, seperti dikutip dari Earth.org. Sebab, kita tidak lagi membutuhkan koran dan buku dari kertas untuk berbagi beragam informasi, cukup melalui layar gawai yang kita miliki.

Namun, perilaku kita di platform media sosial ternyata juga menghasilkan emisi karbon dioksida (CO2) yang berbahaya bagi lingkungan. Hasil pengukuran Greenspector menunjukkan emisi yang dihasilkan dari scrolling TikTok menjadi yang paling besar, yakni 2,63 gram CO2 per menit pada 2021.

Sementara, aktivitas yang sama di Snapchat, Facebook, LinkedIn, Twitter, Twitch, dan YouTube masing-masing menghasilkan emisi kurang dari satu gram CO2 per menit.

Lantas, bagaimana dengan emisi CO2 dari para pengguna media sosial di Indonesia?

We Are Social mencatat setiap pengguna di Indonesia rata-rata menggunakan media sosial selama tiga jam 18 menit per hari pada Januari 2023. Waktu tersebut paling banyak dihabiskan untuk membuka TikTok dan YouTube, masing-masing selama 58 menit dan 53,6 menit per hari.

Lalu, waktu selama 30,8 menit digunakan untuk mengakses Instagram dan 29,2 menit untuk Facebook setiap harinya. Sisa 26,4 menit kami asumsikan untuk bermain Twitter, lantaran platform ini termasuk yang paling banyak diakses pengguna di Indonesia.

Jika rata-rata waktu penggunaan media sosial dikalikan dengan emisi CO2 yang dihasilkan setiap platform per menit, totalnya jadi 248,4 gram CO2 per hari untuk satu pengguna. Jumlah itu didominasi TikTok dengan 152,5 gram CO2, sedangkan Twitter punya angka paling rendah dengan 15,8 gram CO2.

Dengan begitu, dalam setahun, masing-masing orang di Indonesia menyumbang sekitar 90,7 kilogram CO2 dari penggunaan media sosial saja. Jumlah tersebut setara dengan emisi CO2 yang dihasilkan dari berkendara sejauh 640 km—kira-kira antara Jakarta-Madiun—dengan mobil kecil bahan bakar minyak.

Total emisi CO2 dari penggunaan media sosial mungkin terbilang rendah. Namun, simulasi hasil emisi CO2 di atas sebetulnya hanya menunjukkan angka minimum.

Greenspector baru mengukur emisi CO2 yang dihasilkan dari scrolling setiap platform media sosial, belum menghitung emisi saat pengguna mengunggah konten dan berinteraksi dengan pengguna lain. Unggahan berupa gambar atau video tentu menghasilkan emisi CO2 yang lebih tinggi.

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira