Advertisement
Advertisement
Analisis | Nilai Minus Toleransi Umat dan Keberagaman di Indonesia - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Nilai Minus Toleransi Umat dan Keberagaman di Indonesia

Foto: Joshua Siringo ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Indonesia adalah negara demokrasi dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia. Dengan keberagaman suku dan agama, salah satu tantangan terbesar negara ini adalah meningkatkan toleransi antarwarga. Di daerah mana saja yang masih terjadi diskriminasi terhadap penduduk minoritas?
Vika Azkiya Dihni
11 Mei 2023, 08.30
Button AI Summarize

Isu toleransi masih menjadi persoalan yang mengganjal dalam hubungan kemasyarakatan di Indonesia. Belum lama ini, Setara Institute merilis laporan Indeks Kota Toleran (IKT) 2022. Hasilnya, secara rata-rata tingkat pengelolaan toleransi antarpenduduk di kota-kota di tanah air cenderung stagnan.

Indeks dalam laporan tersebut diukur pada skala 1-7. Dari 94 kota, rata-rata IKT 2022 sebesar 5,03 poin atau turun 0,21 poin dari 2021. Jika melihat rata-rata indeks sejak laporan ini pertama kali dirilis pada 2015, IKT nasional cenderung tidak mengalami perubahan, yakni di kisaran 4-5 poin. 

Kondisi ini menunjukkan, ada sejumlah kota di tanah air yang masih terjebak dalam kondisi intoleran.

Setara Institute menemukan terdapat 175 peristiwa dan 333 tindakan pelanggaran kebebasan beragama/ berkeyakinan pada 2022. Jumlah ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yakni sebanyak 171 peristiwa dengan 318 tindakan.

Tak hanya Setara Institute, sejumlah riset juga menunjukkan tingkat toleransi di Indonesia seperti jalan di tempat. Legatum Prosperity Index 2023 yang dikeluarkan Legatum Institute, sebuah lembaga yang berbasis di London, Inggris, menempatkan Indonesia di posisi 95 dari 167 negara untuk kategori kebebasan pribadi (personal freedom) dengan skor 53,59 dari 100. 

Dalam pilar kebebasan pribadi tersebut, Legatum memasukkan kategori kebebasan individu dan tolerasi sosial di masyarakat. Legatum memasukkan kategori ini sebagai salah satu variabel untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu negara. 

Dalam Fragile State Index 2022 yang dirilis The Fund for Peace menempatkan Indonesia di peringkat 100 dari 179 negara. Indeks ini mengukur kerentanan suatu negara terhadap potensi konflik atau perpecahan. 

Dalam indeks tersebut, hampir semua indikator menunjukkan stagnasi bahkan menurun. Termasuk indikator hak asasi manusia yang berkaitan dengan kebebasan berbicara, kebebasan beragama dan toleransi. 

Kondisi ini sekaligus memberikan gambaran bahwa, sebagai negara demokrasi yang mayoritas penduduk beragama Islam, Indonesia masih memiliki sejumlah pekerjaan rumah memperbaiki toleransi antarwarga. 

Kota-kota Intoleran di Indonesia

Setara Institute melakukan pengukuran terhadap empat variabel dan delapan indikator untuk menghitung tingkat toleransi di kota-kota di Indonesia. Variabel dan indikator tersebut antara lain: Pertama, variabel regulasi pemerintah kota yang memuat rencana pembangunan dalam bentuk RPJMD dan produk hukum pendukung lainnya. Selain itu, melihat ada tidaknya kebijakan diskriminatif.

Kedua, regulasi sosial yang mencakup peristiwa intoleransi dan dinamika masyarakat sipil terkait isu toleransi. Ketiga, tindakan pemerintah yang mencakup pernyataan pejabat kunci tentang isu toleransi dan tindakan nyata terkait isu toleransi.

Keempat, demografi sosio-keagamaan yang mencakup heterogenitas keagamaan penduduk dan inklusi sosial keagamaan.

Riset Setara menunjukkan Cilegon menjadi kota dengan skor toleransi terendah atau berada di peringkat ke-94 pada 2022. Peringkat Cilegon turun dari tahun sebelumnya di posisi 92. Sedangkan kota Singkawang memiliki skor indeks toleransi tertinggi. 

Halaman Selanjutnya
Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira