Road to W20: Menciptakan Panggung Setara bagi Perempuan dalam Ekonomi

Arie Mega Prastiwi
8 Maret 2022, 13:24
WLF Perempuan Pekerja Frustasi
123RF

Kesetaraan gender merupakan isu prioritas yang diusung Women 20 (W20) dalam Presidensi G20 di Indonesia. Co-chair W20 Indonesia 2022 Dian Siswarini mengatakan, kesetaraan gender bukan hanya semata-mata memberikan kesempatan kepada perempuan. Tetapi, mempunyai nilai ekonomi.

Namun, adanya diskriminasi masih menghambat kesetaraan gender. Terutama partisipasi perempuan dalam dunia kerja dan perekonomian.

Dian yang juga CEO XL Axiata, mengidentifikasi, setidaknya ada lima bentuk diskriminasi baik di level nasional maupun global. Mulai dari stereotype gender atau penandaan terhadap perempuan yang menimbulkan ketidakadilan hingga kekerasan. “Ada anggapan laki-laki lebih pintar atau lebih sesuai bekerja di bidang tertentu, sehingga perempuan dianggap tidak kompeten di bidang tersebut. Ini adalah stereotipe.” Hal itu diungkapkan Dian dalam acara Katadata Women Leaders Forum 2022 8 Maret 2022

Menurut Dian, stereotipe juga bisa menimbulkan pay gap.  Akibatnya ketika bekerja di posisi yang sama perempuan mendapatkan gaji lebih rendah dari pada laki-laki.  Menurut Dian, pay gap terjadi hingga tingkat global. “Setiap satu dollar penghasilan laki-laki perempuan  hanya menerima 77 sen, berdasarkan survey yang dilakukan UN Women.”

Selain itu, beban ganda yang membuat perempuan harus bekerja lebih keras dari pada laki-laki. “Perempuan bekerja dianggap harus tetap memiliki peran utama dalam posisi kehidupan yang lain, misalnya harus berhasil di pekerjaan tetapi di rumah tangga juga harus berperan utama, sedangkan peran kita dalam keluarga sering tidak dihargai.”

Yang ketiga, Dian juga menyebutkan bahwa ada marginalisasi ekonomi, akibat konstruksi gender. Ada pemiskinan terhadap perempuan akibat perbedaan gender di masyarakat, tatkala perempuan dianggap makhluk domestik yang hanya mengurus rumah tangga. Anggapan ini menghambat perempuan masuk ke dunia kerja, yang terlihat dalam data Angkatan kerja perempuan di ranah global hanya 47 persen sedangkan laki-laki 72 persen. “Perbedaan 25%, dengan beberapa wilayah lebih dari 50%,” lanjut Dian.

Tak hanya itu, subordinasi yang menganggap kedudukan perempuan lebih rendah daripada laki-laki sehingga tidak memiliki hak untuk menyuarakan pendapatnya atau mengambil keputusan. “Ini berimplikasi sedikitnya perempuan yang menempati posisi pemimpin dan pengambil keputusan.” Di antara negara PBB misalnya hanya 10 negara yang dipimpin perempuan. Di negara G20 hanya sedikit kemajuan yang dicapai dalam meningkatkan peran perempuan dalam posisi managerial, selama 2012-2018, yaitu hanya 30%,” kata Dian.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...