Investor Korsel Segan Bersaing dengan Jepang dan China
Korea International Trade Association atau KITA menyatakan, minat pengusaha Korea Selatan untuk berinvestasi di Indonesia kerap terganjal pertimbangan bisnis. Investor Korsel menahan diri lantaran menilai persaingan di pasar RI terbilang ketat.
Chief Representative KITA Jakarta Center Daniel Kweon menuturkan, pada saat memutuskan menanamkan kapitalnya di Indonesia maka para investor asal Korea Selatan harus siap bersaing dengan Jepang dan China yang sudah eksis lebih dulu.
Dia bilang, tantangan utama dalam perdagangan RI-Korsel bukan sekadar soal hambatan tarif maupun nontariff melainkan niat pada diri investor sendiri. “Tantangannya bukan nontariff barrier saja, seperti regulasi, tetapi lebih kepada willingness mereka sendiri,” kata Daniel, di Tangerang Selatan, Senin (6/8).
Hari ini, Kadin Indonesia dan KITA menggelar focus group discussion (FGD) yang menjadi bagian dari gelaran GIASS. FGD ditujukan untuk memfasilitasi aspirasi para pengusaha asing asal Korsel dengan pemerintah Indonesia.
Daniel menyatakan bahwa secara umum tidak banyak isu terkait hambatan nontarif yang diutarakan pihak investor. Apa yang dikemukakan pelaku bisnis lebih menyoal kesiapan diri mereka untuk menghadapi persaingan dengan investor Jepang dan China.
“Korsel merasa Indonesia menjadi bagian penting dari investasi mereka, iklim bisnis di sini juga positif sekarang. Tapi [untuk berinvestasi lebih besar], pasar Indonesia sudah diisi Jepang dan China. Mereka sudah masuk duluan, dan Korsel harus berhadapan dengan keduanya,” tutur dia.
Sejalan bahwa Korsel merasa tak ada hambatan nontarif yang berarti, mereka lebih menginginkan agar RI-Korsel memiliki perjanjian dagang yang bersifat bilateral. Kesepakatan di antara dua negara ini tidak harus mencakup seluruh industri yang terlibat di dalam perdagangan.
Hyundai
