Pertamina Cari Solusi Serap LNG Muara Bakau
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat adanya potensi kelebihan pasokan LNG Muara Bakau di Kilang Bontang. Sebab, PT Pertamina (Persero) meminta perubahan jadwal pengapalan kargo LNG Muara Bakau pada Mei 2019.
Pertamina pun mencari solusi untuk mengatasi potensi kelebihan pasokan LNG Muara Bakau. "Pertamina akan berkoordinasi dengan pihak tertentu untuk mendapatkan solusi terbaik,"ujar Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman kepada Katadata.co.id pada Rabu (22/5).
SKK Migas menyampaikan kargo LNG yang disuplai dari Muara Bakau berpotensi mengalami kepenuhan kapasitas (high inventory) karena Pertamina sebagai pembeli yang ditunjuk meminta perubahan jadwal pengapalan kargo di Mei 2019. Perubahan tersebut akan berdampak pada potensi unmanageable high inventory di Kilang Bontang pada akhir Mei 2019.
SKK Migas pun berkoordinasi dengan para pihak, baik penjual atau Pertamina, dan Kilang Bontang untuk melakukan mitigasi. Beberapa cara mitigasi di antaranya mendesak Pertamina untuk tetap mengambil kargo LNG Muara Bakau sesuai dengan jadwal.
(Baca: PLN Kurangi Pesanan, Pasokan LNG Kelebihan 11 Kargo)
Selain itu, SKK Migas juga mempersiapkan hal teknis untuk menghindari unmanageable high inventory di Kilang Bontang dan mencegah terjadinya penurunan suplai gas dari Muara Bakau. "Hingga saat ini SKK Migas terus berupaya melakukan mitigasi dan menjaga monetisasi gas bumi dengan maksimal, guna memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk pemerintah.,"ujar Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Wisnu Prabawa Taher dalam keterangan tertulis pada Selasa (21/5).
Berdasarkan data SKK Migas, realisasi ekspor LNG hingga April mencapai 35,9 kargo. Rinciannya, sebanyak 18,2 kargo berasal dari Bontang dan sebanyak 17,7 kargo dari Tangguh.
Sedangkan realisasi LNG untuk domestik sebanyak 17,3 kargo. LNG diambil dari Bontang sebanyak 10,7 kargo dan Tangguh sebanyak 6,6 kargo.
(Baca: Pertamina Buka Peluang Perpanjang Kontrak LNG dengan Jepang)