Euforia Rating dari S&P Berlalu, IHSG dan Rupiah Kompak Melemah
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini, Selasa (11/6), diprediksi rawan aksi ambil untung. Pada pembukannya, Indeks melemah 2,81 poin atau 0,04% menjadi 6.286,8 dibandingkan penutupan kemarin. Kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 turun 0,83 poin atau 0,08% menjadi 1.001,17.
Kepala Riset Valbury Sekuritas Alfiansyah mengatakan, penguatan IHSG yang berlangsung kemarin mulai melambat saat ini, seiring meredanya euforia pasar atas keputusan Standard & Poor yang menaikkan peringkat utang Indonesia. "Bahkan rawan terjadi aksi ambil untung yang dilakukan pemodal, mengingat kenaikan IHSG terbilang sudah cukup tinggi," ujar Alfiansyah kepada Antara.
Dari eksternal, sengketa dagang masih berlanjut. Tiongkok tengah menyiapkan balasan atas kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang membuat Huawei Technologies tidak bisa berbisnis dengan perusahaan AS tanpa lisensi. "Sanksi yang sedang disiapkan Beijing berupa pengetatan sejumlah ekspor teknologi ke AS," kata Alfiansyah.
Bursa saham regional Asia pagi ini cenderung menguat. Indeks Nikkei naik 45,1 poin (0,21 persen) ke 21.179,52, Indeks Hang Seng menguat 130,86 poin (0,47 persen) ke 27.709,5, dan Indeks Straits Times menguat 17,64 poin (0,55 persen) ke posisi 3.205,75.
(Baca: Katadata Sentiment Index: IHSG Masih Bearish, Imbas Perang Dagang)
Rupiah Turun Lima Poin
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada transaksi antarbank dibuka melemah lima poin menjadi Rp 14.254. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, pelemahan ini terjadi setelah Badan Pusat Statistik mengumumkan inflasi Mei 2019 mencapai 0,68% secara bulanan atau 3,32% secara tahunan.