Harga Minyak Melemah di Tengah Ramalan Kenaikan Stok AS
Harga minyak mentah dunia ditutup melemah pada perdagangan Selasa (29/10) waktu Amerika Serikat (AS), setelah sempat mengalami kenaikan pada sesi sebelumnya.
Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka jenis Brent ditutup pada US$ 61,47 per barel, turun 12 sen. Sedangkan harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate US$ 55,35 per barel turun 19 sen.
Sementara pada perdagangan Rabu (30/10) pukul 08.30 WIB, harga minyak mentah AS WTI kontrak November turun 0,41% menjadi US$ 55,31 pe barel dan harga minyak mentah Brent kontrak Oktober turun 0,28% menjadi US$ 61,24 oer barel
Persediaan produk olahan AS terlihat menurun pada pekan lalu karena kilang beroperasi relatif rendah. Stok bensin kemungkinan turun 2,2 juta barel, yang merupakan penurunan mingguan kelima.
(Baca: Peran Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam Sukseskan Investasi Blok Masela)
Sementara stok minyak sulingan yang mencakup diesel dan minyak pemanas jga turun untuk minggu keenam berturut-turut. Menurut jajak pendapat Reuters, penurunannya mencapai 2,4 juta barel.
Para analis menyebut penguatan harga produk olahan minyak, dengan bensin berjangka AS RBc1 naik hampir 1% lebih tinggi, mengurangi stok minyak mentah meskipun ada perkiraan bahwa stok minyak mentah AS naik 500.000 barel pekan lalu.
Sementara itu, tanda-tanda ketegangan antara AS-Tiongkok setelah perang dagang hampir 16 bulan masih berlangsung dan telah berdampak besar pada harga minyak mentah. Pelaku pasar percaya bahwa perang dagang telah menakuti investor, memperlambat pertumbuhan ekonomi global, serta menekan permintaan minyak.
Seorang pejabat pemerintah AS menyebut Amerika Serikat dan Tiongkok terus mengerjakan perjanjian perdagangan sementara. Namun, mungkin tidak selesai tepat waktu bagi para pemimpin AS dan Tiongkok untuk menandatanganinya di Chili bulan depan.
Adapun klarifikasi pernyataan Gedung Putih sebelumnya bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping diharapkan menandatangani tahap pertama dari kesepakatan perdagangan, menghalangi optimisme pasar minyak yang telah membalikkan kerugian sebelumnya dan mengangkat harga saham AS.