Jokowi Waspadai Krisis Pangan, Ini Peringatan FAO saat Pandemi Corona

Yuliawati
Oleh Yuliawati
14 April 2020, 10:48
pandemi corona, Jokowi, krisis pangan
ANTARA FOTO/Jojon/wsj.
Petani memasukan gabah ke dalam karung usai panen di areal persawahan Samaturu, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, Senin (13/4/2020). Di tengah pandemi COVID-19, hasil panen padi di Kabupaten Kolaka tetap stabil berkisar lima sampai enam ton per hektarenya.

Pandemi corona atau Covid-19 membuat banyak negara menerapkan lockdown atau karantina wilayah, maupun pembatasan sosial berskala besar seperti yang diterapkan di Indonesia.  Food and Agriculture Organization/FAO atau Badan Pangan dan Pertanian PBB memperingatkan mengenai potensi terjadi krisis pangan sebagai dampak dari pandemi corona.

Peringatan FAO ini yang membuat Presiden Jokowi meminta Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengingatkan para kepala daerah untuk menjaga ketersediaan bahan pokok. Jokowi berharap tak terjadi kelangkaan yang membuat harga pangan melonjak.

(Baca: Jokowi Ingatkan Proyeksi FAO soal Dampak Corona Memicu Krisis Pangan)

FAO meminta setiap negara yang sedang mengatasi penyebaran virus corona juga menjaga kelancaran rantai pasokan makanan. Rantai pasokan makanan ini melibatkan interaksi yang kompleks, seperti di sektor pertanian melibatkan petani, benih, pupuk, anti-hama, pabrik pengolahan, pengiriman, pengecer dan lainnya. Jaringan yang kompleks juga terdapat sektor peternakan dan perikanan.

"Ketika negara-negara memerangi pandemi corona, mereka juga harus melakukan segala upaya untuk menjaga kelancaran rantai pasokan makanan mereka," kata Kepala Ekonomi dan Asisten Direktur Departemen Ekonomi dan Pembangunan Sosial FAO, Maximo Torero Cullen, dalam laporan di situs resmi FAO yang dikutip pada Selasa (14/4).   

(Baca: Tekan Dampak Corona, Pemerintah Relaksasi Pembayaran KUR Pertanian)

Cullen mengatakan rantai pasokan tersebut mulai mengalami kendala yang terlihat pada April dan Mei akibat persoalan logistik. "Industri pelayaran sudah melaporkan perlambatan karena penutupan pelabuhan, dan masalah logistik dapat mengganggu rantai pasokan dalam beberapa minggu mendatang," tulis Cullen.

Cullen menjelaskan rantai nilai makanan terbagi dua yakni komoditas pokok seperti gandum, jagung, kedelai dan komoditas bernilai tinggi seperti buah dan sayur-sayuran.

Produksi komoditas bahan pokok yang bersifat padat modal tak terpengaruh dengan masalah kekurangan tenaga kerja selama pandemi. Sebaliknya komoditas sayuran dan buah-buahan membutuhkan banyak tenaga kerja yang produksinya terhambat saat pekerja atau petani sakit atau terbatas ruang geraknya.

Berbeda dengan krisis pangan global 2007-2008, sejak pandemi, pasokan komoditas pangan terhambat pada logistik atau distribusi. Contohnya, ekspor produk bahan pokok dari Argentina yang menghasilkan kedelai dan Brasil yang menghasilkan pakan ternak dunia, mengalami hambatan karena pemerintah pusat memblokir jalan menuju pelabuhan dengan alasan pencegahan corona.  

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...