Sejarah Kejatuhan Harga Minyak Dunia Sebelum Dihantam Pandemi Corona

Martha Ruth Thertina
21 April 2020, 15:46
harga minyak, harga minyak dunia, harga minyak jatuh, harga minyak minus, harga minyak negatif, krisis harga minyak, sejarah harga minyak
KATADATA
Ilustrasi kilang minyak

Krisis harga minyak membayangi dunia sering jatuhnya harga-harga acuan internasional. Harga minyak Amerika West Texas Intermediate (WTI) di bursa berjangka Nymex minus, sedangkan harga minyak internasional Brent di bursa berjangka ICE kembali terperosok ke kisaran US$ 25 per barel. Harga minyak minus baru kali ini terjadi sepanjang sejarah.

Penurunan tajam ini menjadi hantaman berat, terutama bagi negara-negara eksportir minyak, yang masih terpukul oleh kejatuhan harga emas hitam tersebut mulai 2014. Harga emas hitam terjun bebas dari atas US$ 100 per barel ke kisaran US$ 30 per barel pada awal 2016 -- terendah dalam 12 tahun -- imbas berlimpahnya stok dari berbagai negara produsen. 

(Baca: Harga Minyak Minus, Perusahaan Migas Tunda Proyek dan Pangkas Produksi)

Produksi shale oil Amerika Serikat mencapai puncaknya pada 2012-2014 dan membanjiri pasar dalam negerinya. Di tengah kondisi ini, negara-negara eksportir minyak yang tergabung dalam OPEC mencatatkan produksi yang melebihi target guna mempertahankan pangsa pasar. Sedangkan permintaan minyak dunia tak sesuai ekspektasi seiring melambatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok.

Seiring waktu, OPEC baru memutuskan untuk memangkas produksi guna menstabilkan harga. Harga minyak dunia mulai menapak naik pada 2018 ke kisaran US$ 50 – 60 per barel, bahkan harga Brent sempat menyentuh level US$ 70 per barel. Selain karena pemangkasan produksi oleh OPEC, kenaikan dipicu masalah geopolitik yakni sanksi ekonomi Amerika Serikat terhadap dua negara anggota OPEC yaitu Iran dan Venezuela.

Namun, kenaikan lebih lanjut harga minyak dunia tertahan. Harga minyak bergerak di kisaran US$ 60 per barel seiring konsumsi minyak yang lebih lemah dari ekspektasi imbas berlanjutnya perlambatan ekonomi dunia. Tekanan terhadap ekonomi dunia terutama berasal dari perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok, yang berisiko meluas ke negara-negara lain.

(Baca: Disebut Terkait Fluktuasi Harga Minyak Dunia, Apa itu WTI dan Brent?)

Di tengah ketidakpastian ini, virus corona tiba-tiba menyebar cepat menjadi pandemi global dan memaksa berbagai negara melakukan pembatasan aktivitas sosial dan bisnis. Dunia pun kembali mengalami banjir stok minyak mentah. Harganya berada dalam tren turun sejak awal tahun ini, namun penurunan-penurunan tajam mulai terjadi sejak akhir Februari.

Pada awal Maret, Rusia menolak usulan pemangkasan lebih jauh produksi minyak dalam pertemuan negara-negara eksportir minyak dan aliansinya OPEC+. Hal ini sempat memicu perang harga alias price war selama sebulan antara Arab Saudi dan Rusia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...