Bisnis Terhambat karena Trump, Laba Huawei Tetap Tumbuh 9,2% per Juni
Huawei melaporkan pertumbuhan laba bersih 9,2% secara tahunan (year on year/yoy) pada semester I tahun ini. Perusahaan teknologi asal Tiongkok ini masih mencatatkan pertumbuhan laba dan pendapatan, meski bisnisnya terhambat sanksi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Pertumbuhan laba bersih Huawei itu bahkan lebih tinggi dibandingkan periode sama tahun lalu, 8,7%. Hanya tidak disebutkan nilainya.
Huawei optimistis bahwa teknologi semakin dibutuhkan selama pandemi Covid-19. “Teknologi informasi dan komunikasi tidak hanya menjadi alat penting untuk memerangi virus corona, tetapi juga mesin untuk pemulihan ekonomi,” kata perusahaan dalam situs web resminya, Selasa (14/7).
(Baca: Terancam Terdepak dari 5G Inggris, Huawei Kembali Lobi Boris Johnson)
Namun pendapatan Huawei hanya tumbuh 13,1% yoy menjadi 454 miliar yuan atau US$ 64,9 miliar (Rp 937,5 triliun). Tingkat pertumbuhan ini turun dibandingkan Semester I 2019 yang mencapai 23,2%.
Huawei tidak melaporkan volume pengiriman ponsel pintar (smartphone) pada Semester I 2020. Namun, berdasarkan data pemerintah Tiongkok, pengiriman gawai turun 16% dibandingkan Juni tahun lalu.
Penurunan terjadi karena pandemi corona. (Baca: Inggris Diprediksi Setop 5G Huawei dalam Beberapa Bulan karena Trump)
Di satu sisi, perangkat buatan Huawei tak dilengkapi dengan sistem operasi (operating system/OS) dan perangkat lunak (software) lainnya dari Google. Sebab, perusahaan teknologi ini masuk daftar hitam (blacklist) terkait perdagangan AS sejak awal tahun lalu.
Selain bisnis ponsel, Trump mendesak banyak negara untuk tidak menggunakan solusi pengembangan jaringan internet generasi kelima (5G) Huawei. Presiden AS ini mengancam akan memutus hubungan kerja sama intelijen dengan negara yang memakai jasa perusahaan Tiongkok itu.
(Baca: AS Perkuat Desakan ke Eropa untuk Tahan Huawei Kembangkan 5G)
Dikutip dari The Guardian, penasihat keamanan nasional AS Robert O'Brien bahkan berencana bertemu dengan perwakilan Eropa seperti Prancis, Italia, Inggris dan Jerman di Paris, Prancis pekan ini. Ia meminta Eropa menghalangi Huawei masuk.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo bahkan mengklaim Eropa menyadari ancaman pengembangan teknologi 5G oleh Huawei. "Kesepakatan Huawei dengan operator telekomunikasi di seluruh dunia menguap, karena negara hanya mengizinkan vendor tepercaya dalam jaringan 5G mereka," katanya dikutip dari The Guardian, Senin (13/7).
(Baca: Huawei Terancam Didepak, Samsung Siap Masuk Pasar 5G Inggris)