Kasus Gagal Bayar Asuransi Marak, Taspen Pastikan Investasinya Aman
Taspen juga menempatkan investasinya sebesar 6,7% di reksadana, 4,9% di saham, dan 2,2% melalui investasi langsung. Dalam proses pemilihan saham untuk alokasi investasi, Steve menegaskan bahwa Taspen selalu mengutamakan aspek makro ekonomi dan fundamental.
(Baca: Ombudsman Bentuk Tim Investigasi Kasus Jiwasraya, Asabri, dan Taspen)
"Juga melihat prospek bisnis, likuiditas, dan valuasi perusahaan yang wajar dan saksama, serta memperhitungkan pula faktor teknikal," katanya.
Saham-saham emiten yang dipilih oleh Taspen sebagian sangat besar terdaftar pada Indeks LQ45 dan didominasi oleh saham-saham BUMN yang tergolong saham-saham blue chip dengan kapitalisasi pasar minimal Rp 2 triliun.
Pada instrumen reksa dana, Steve menjelaskan bahwa Taspen berinvestasi melalui maksimum 15 Manajer Investasi (MI) yang memiliki dana kelolaan (asset under management/AUM) antara Rp 4 triliun hingga Rp 50 triliun. Adapun 90% di antaranya adalah MI yang menduduki peringkat 15 besar dan hampir 50% penempatan reksa dana pada MI BUMN.
(Baca: Pemerintah akan Bentuk Lembaga Penjamin Polis Asuransi)