Vale Gagal Dapat Mitra Bangun Smelter Di Sulawesi

Miftah Ardhian
7 Agustus 2017, 19:19
logo Vale
Arief Kamaludin|KATADATA

Selain itu, adanya aturan ini juga menyebabkan harga jual nikel kembali terpuruk. Sebelum, diterbitkannya aturan tersebut, para analis internasional memprediksi harga nikel pada tahun 2017 sekitar US$ 11.000 per ton sampai US$ 12.000 per ton. Namun setelah aturan tersebut terbit, para analis tersebut merevisi prediksi harga nikel tahun 2017 menjadi sekitar US$ 9.800 sampai US$ 10.300 per ton.

Menurut Niko, kondisi ini membuat kinerja keuangan Vale Indonesia terpuruk. Tercatat, pada semester I-2017, perusahaan mengalami rugi sebesar US$ 21,47 juta. Meski kondisi makro ekonomi Tiongkok membaik, tetapi tidak serta merta membuat kenaikan harga bijih nikel ini menjadi signifikan.

Akhirnya, Vale pun mengurangi pengeluaran belanja modalnya di kuartal II tahun ini. Pada kuartal I-2017, total belanja modal yang dikeluarkan perusahaan mencapai US$ 18,8 juta, kemudian berkurang 36,7% menjadi US$ 11,9 pada kuartal II-2017. 

(Baca: Kemenperin Catat Investasi Smelter Mencapai Rp 234 Triliun)

Sampai dengan saat ini, pemerintah telah menerbitkan izin ekspor sebanyak 8 juta ton. Walaupun, realisasi ekspor saat ini masih cukup rendah, tetapi kondisi pasar tetap memperhitungkan suplai bijih nikel ke pasar dunia. Sebanyak 8 juta ton izin ekspor ini diterbitkan dalam kurun waktu 7 bulan. Niko pun khawatir akan ada tambahan jumlah izin ekspor yang akan di keluarkan pemerintah.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...