Revisi Rencana Listrik: Pembangkit Batubara Dominan, Gas Berkurang

Anggita Rezki Amelia
31 Maret 2017, 18:49
PLTGU Tanjung Priok
Arief Kamaludin|KATADATA
PLTGU Tanjung Priok

Sedangkan porsi pembangkit listrik berbasis Bahan Bakar Minyak (BBM) menurun dari 0,6 persen menjadi 0,4 persen. Hal ini juga mengacu kepada Kebijakan Energi Nasional, yaitu bauran energi primer terhadap penggunaan energi fosil pada tahun 2025 di bawah 20 persen. (Baca: PLN Teken Kontrak Enam Pembangkit Listrik Tenaga Surya)

Di sisi lain, menurut Direktur Pengadaan PLN Supangkat Iwan Santoso, target total kapasitas pembangkit listrik PLN dan swasta (IPP) dalam RUPTL 2017-2026 menurun. Pada 2025, target kapasitas pembangkit turun menjadi 125,7 GW dari sebelumnya 128,3 GW.

Sementara saat pemerintahan Presiden Joko Widodo berakhir tahun 2019, target kapasitas pembangkit hanya 79,2 GW, lebih rendah dari target awal sebesar 90,5 GW. Saat ini kapasitas terpasang sekitar 51 GW. “Jadi kalau 35 ribu MW / 35 GW ditargetkan 2019 ini mungkin tercapai di  2020 atau 2021," kata Iwan.

Ia mengatakan, pengurangan kapasitas terpasang pembangkit itu menyesuaikan pertumbuhan ekonomi yang rendah,. Pada RUPTL sebelumnya (2016-2025), dari target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,7 persen namun hanya terealisasi  5,02 persen pada 2016 lalu. Sementara tahun ini targetnya 5,1 persen sesuai APBN 2017. (Baca: Pertumbuhan Ekonomi 2016 di Bawah Target)

Pertumbuhan ekonomi yang rendah ini menyebabkan permintaan listrik juga turun. Dengan pertimbangan itu, menurut Iwan, jadwal operasi beberapa proyek pembangkit listrik juga akan diundur. Jika tidak, akan menyebabkan kelebihan kapasitas. “Kami harus bayar take or pay pembangkit ke IPP," kata dia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...