Perempuan Penambang Emas Hadapi Bahaya Kesehatan dan Termarjinalkan

Image title
15 Juli 2020, 14:47
pemberdayaan wanita, pertambangan, kesehatan, lingkungan, minerba
ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Sejumlah ibu menambang emas secara tradisional dengan mendulang, di aliran Sungai Batang Kuantan, Nagari Silokek, Kab.Sijunjung, Sumatera Barat, Minggu (17/11/2019). Perempuan penambang emas memiliki rentan terpapar bahaya merkuri dan termarjinalkan.

"Kami punya jalan yang panjang dan pekerjaan rumah yang cukup besar dalam pemberdayaan perempuan terkait kesetaraan gender di sektor pertambangan emas skala kecil," kata Sophie.

Melalui proyek GOLD-Ismia yang dilaksankaan di enam lokasi, Sophie berharap pihaknya bisa mendapatkan gambaran mengenai tantangan dan peluang kesataraan gender dalam kegiatan pertambangan emas skala kecil. Sehingga bisa menjadi masukkan dalam membuat kebijakan dan menciptakan mekanisme dukungan bagi wanita dan pria dalam kegiatan tersebut.

"Memberdayakan perempuan tidak hanya untuk satu wanita, tetapi bisa berdampak signifikan bagi keluarganya hingga masyarakat," ujar Sophie.


Rektor Universitas Riau, Prof. Aras Mulyadi mengatakan kesetaraan gender penting dalam kegiatan pertambangan emas skala kecil. Sehingga perempuan dapat berpartisipasi lebih besar dalam kegiatan pertambangan untuk mendukung kehidupan mereka.

Kordinator Pusat Studi Lingkungan Hidup (KPSLH) Universitas Riau, Suwondo menambahkan, peran perempuan dalam pertambangan emas tradisional sebenarnya sangat dominan. Peran tersebut sempat digantikan dengan masuknya sistem semprot dan dredging.

Namun, cara penambangan tradisional tetap eksis. Perempuan pun terus terlibat dalam kegiatan pertambangan. Apalagi, pertambangan emas sangat menguntungkan secara ekonomi.

Suwondo menyebut perempuan penambangan emas dalam sehari bisa menghasilkan dua hingga tiga buncis emas. Satu buncisnya dihargai Rp 43 ribu.

Oleh karena itu, Suwondo berharap ada teknologi yang dapat digunakan perempuan dalam menambang emas. Sehingga kegiatan tersebut bisa berdampak positif bagi perempuan dan mengurangi kerusakan lingkungan. 

Direktur Program Indonesia Pure Earth dan Co-Founder Women in Mining & Enery, Budi Susilorini mengatakan, hasil ekonomi dari menambang emas biasanya digunakan perempuan untuk membiayai kehidupan sehari-hari dan uang sekolah anak-anak mereka. Namun, keberadaan perempuan dalam pertambangan emas termarjinalkan.

Oleh karena itu, pihaknya berinisiatif membuat proyek pemberdayaan perempuan di Tewang Pajangan, Kalimantan Tengah. Dalam proyek tersebut, pihaknya mengajarkan administrasi keuangan, teknik pengelolaan emas babas merkuri, dan pelatihan pelemburan emas.

Dengan cara tersebut, perempuan penambang emas bisa mendapatkan penghasilan lebih baik dan terhindar dari risiko bahaya merkuri. Ke depannya, Budi berharap ada alih teknologi bebas merkuri sehingga perempuan tersebut bisa terbebas dari risiko kesehatan. Selain itu, dia berharap perempuan terlibat lebih banyak dalam korporasi dibandingkan terlibat dalam kegiatan pertambangan.

Di sisi lain, Direktur DeTara Foundation Latipah Hendarti mengatakan perempuan harus diberikan kesempatan yang sama dalam kegiatan pertambangan emas. Selain itu, perempuan harus mendapatkan perlindungan dalam melaksanakan aktivitas pertambangan.

"Proses edukasi juga penting, sehingga ada alternatif lain dari aspek ekonomi yang berkelanjutan selain menambang emas. Sehingga mereka bisa memilih mana yang nyaman bagi mereka," ujar Latipah.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...