Pengusaha Batu Bara Didorong Kembangkan Teknologi Ramah Lingkungan

Image title
27 Oktober 2020, 19:41
batu bara, lingkungan, emisi karbon, minerba, kementerian esdm
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Ilustrasi tambang batu bara. Pemerintah mendorong produsen batu bara untuk memperkuat teknologi pertambangan ramah lingkungan.

Pemerintah tampaknya juga belum dapat melepas bahan bakar itu. Dalam Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja, terlihat jelas pemerintah memberikan perhatian besar untuk hilirisasi batu bara. "Batu bara kita cadangannya cukup besar bahkan kalau produksi sekarang aja masih cukup untuk 60 hingga 65 tahun ke depan untuk support kebutuhan dalam negeri," ujarnya.

Posisi Batu Bara Bakal Digeser Nikel

Riset bank investasi dan keuangan asal Amerika Serikat, Morgan Stanley, memprediksi penggerak produk komoditas Indonesia akan bergeser dari batu bara ke nikel. Ekspornya diperkirakan akan naik seiring dengan peningkatan investasi yang signifikan dari perusahaan Tiongkok.

Potensi itu semakin besar karena Indonesia memiliki cadangan bijih nikel terbesar di dunia. Kualitasnya pun sesuai untuk bahan baku baterai mobil listrik (EV). “Kami yakin batu bara tidak akan melanjutkan perannya sebagai pendorong utama pertumbuhan karena banyak negara ingin menurukan emisi karbon dalam perekonomiannya,” tulis riset itu beberapa waktu lalu.

Sejak 2000 hingga awal 2010, pertumbuhan ekonomi negara ini ditopang oleh batu bara. Kontribusinya terhadap produk domestik bruto di atas 10%. Namun, angkanya terus menurun dan pada kuartal kedua tahun ini menjadi hanya 7% seiring dengan pelemahan konsumsinya.

Analis komoditas global Morgan Stanley Susan Bates memperkirakan permintaan jangka menengah untuk nikel justru akan bullish. “Hal ini mengingat prospek permintaan stainless (baja tahan karat) dan kendaraan listrik yang kuat,” katanya.

Prediksinya, permintaan stainless akan naik sebesar 2% per tahun hingga 2025 seiring intensitas penggunaannya di pasar negara berkembang. Permintaan nikel untuk kendaraan listrik juga berperan penting dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Pertumbuhannya dapat mencapai 12% pada 2025 dan 23% pada 2030.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...