Harga Batu Bara Sentuh US$ 207/Ton, Diprediksi Masih akan Terus Naik
Saat ini Inggris dan negara-negara di kawasan eropa tengah mengalami krisis listrik dan mengupayakan untuk penggunaan batu bara. Hal ini terjadi lantaran penggunaan energi bersih yang kekurangan supply karena perubahan iklim cuaca.
Akibatnya untuk negara eropa kemudian pilihannya adalah penggunaan energi natural gas, sayangnya supply natural gas juga berkurang karena ternyata permintaan terhadap permintaan gas ini juga mengalami peningkatan salah satunya dari Brazil dan juga Cina.
"Makanya pilihan alternatifnya ada pada batubara. Akan sulit menjawab sampai kapan, tapi setidaknya krisis listrik di Eropa berpotensi berlanjut sampai dengan musim dingin selesai," katanya.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa menilai ketergantungan pada energi fosil membuat keamanan energi menjadi rentan. Pasalnya, energi fosil adalah komoditas yang tradable dan harganya saling terkait di pasar komoditas internasional.
Oleh karena itu menurunkan ketergantungan menurut Fabby sangat penting sekali, dengan cara meningkatkan bauran energi terbarukan. Untuk kasus Inggris, menurut dia Indonesia perlu melihat hal-hal yang lebih detail.
Fabby mengatakan Inggris justru terlambat mengembangkan energi terbarukan. Sehingga saat ini terjebak dengan adanya kenaikan harga gas bumi. "Perkaranya bukan di transisi energi. Justru kalau renewable energy dominan, maka harga energi fosil yang tinggi tidak jadi masalah," kata dia.