Batu Bara Indonesia Diburu Eropa, Produsen Bersiap Genjot Produksi

Muhamad Fajar Riyandanu
21 Juni 2022, 17:44
batu bara, ekspor batu bara, harga batu bara, eropa, jerman
ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww.
Sebuah kapal tongkang pengangkut batu bara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Sabtu (14/5/2022).

Eropa berburu pasokan batu bara untuk menyalakan kembali pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Kebijakan ini setelah Rusia memangkas pengiriman gas ke kawasan tersebut. Bahkan Moskow berencana menghentikan sepenuhnya ekspor gas ke kawasan tersebut pada Agustus 2022.

Beberapa negara Eropa mendekati Indonesia yang merupakan salah satu negara produsen batu bara utama di dunia. Bahkan Jerman telah mengajukan permintaan batu bara sebanyak 6 juta ton.

Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu bara Kementerian ESDM Lana Saria mengatakan, Jerman mengajukan permintaan tersebut pada saat Menteri ESDM Arifin Tasrif melakukan kunjungan kerja pada akhir bulan Mei lalu.

"Permintaan juga disampaikan Asosiasi Pertambangan Jerman ke Kedutaan Besar Indonesia di Jerman. Tapi belum ada lagi permintaan secara resmi," kata Lana kepada Katadata.co.id melalui pesan singkat pada Selasa (21/6).

Lana menambahkan, jika nantinya Jerman mengajukan permintaan secara resmi kepada Pemerintah Indonesia, Kementerian ESDM akan meneruskan permintaan tersebut kepada Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI).

"Ketersediaan pasokan dengan dibantu APBI. Selanjutnya nanti akan dilakukan secara business to business (B to B)," ujarnya. Simak databoks berikut:

Selain Jerman, sejumlah negara lain seperti Polandia, India dan Pakistan juga tertarik untuk membeli batu bara Indonesia. "Ada kabar seperti itu, tapi belum ada permintaan secara resmi," tukas Lana.

Siapkah Produsen Batu Bara Memenuhi Permintaan Eropa?

Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan pihaknya sudah berkomunikasi secara daring dengan beberapa calon pembeli dari Jerman.  Pertemuan tersebut difasilitasi oleh Duta Besar RI untuk Jerman pada pertengahan Mei lalu.

"Ada yang menginginkan ekspor dalam jangka panjang dan ada juga dalam jangka pendek. Jerman sangat berkepentingan untuk menjamin ketersediaan batu bara mereka khususnya menjelang musim dingin," kata Hendra kepada Katadata.co.id.

Dari laporan yang ia terima, Hendra memperoleh kabar bahwa sejumlah perusahaan sudah mengajukan revisi Rencana Kerja Anggaran dan Biaya (RKAB) untuk menambah kapasitas produksi.

Menurutnya, peluang mendongkrak produksi dapat dilakukan tergantung kesiapan tiap-tiap perusahaan dalam melakukan perencanaan tambang dan kemampuan keuangan. "Pemerintah yang lebih tahu persisnya mengenai perusahaan-perusahaan yang mengajukan revisi RKAB," ujarnya.

Ketua Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo mengatakan di tengah tingginya harga dan peluang permintaan batu bara dari negara Eropa, sejumlah pelaku usaha akan mengajukan revisi RKAB.

Walau begitu, Singgih menyebut perusahaan akan tetap berhitung sebelum mengajukan revisi RKAB. Salah satu poin yang akan diperhitungkan yakni berapa lama kondisi harga tinggi batu bara akan bertahan.

"Menaikkan produksi misalnya dari 30 juta ton ke 35 juta ton, dan penambahan jumlah alat berat. Sebatas itu. Kalau harus buat investasi baru seperti membuat tambahan pelabuhan angkut sepertinya tidak," kata Singgih kepada Katadata.co.id.

Selain itu, Singgih menambahkan, sebelum memutuskan untuk melakukan ekpor ke Eropa, pemerintah dan para pelaku usaha diminta memperhitungkan kualitas batu bara, kondisi stok batu bara dan juga pelabuhan muat. Saat ini harga batu bara di pasar ICE Newcastle berada di level US$ 394,75 per ton.

Adapun permintan batu bara dari Eropa umumnya berada pada kualitas di atas 5.500 kcal per kg atau bahkan di atas 6.000 kcal per kg. Sementara mayoritas batu bara Indonesia berada pada angka 4.000 kcal per kg sampai 5.000 kcal per kg.

Dengan permintaan kualitas yang dibutuhkan, Singgih menyebut tidak semua pelaku usaha batu bara dalam negeri bisa melakukan ekspor ke negara Eropa. Simak databoks berikut:

Menurut Singgih, apabila ekspor ke sejumlah negara Eropa jadi dilakukan, perusahaan yang paling mampu melakukan hal tersebut adalah perusahaan yang memiliki Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara yang selanjutnya (PKP2B).

PKP2B adalah perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dengan perusahaan berbadan hukum Indonesia untuk melakukan kegiatan usaha pertambangan batubara. "Yang paling mampu seperti PT Arutmin dan PT Kaltim Prima Coal (KPC)," sambung Singgih.

Melansir laporan dari Minerba Data One Indonesia (MODI) Kementerian ESDM per hari Selasa (21/6), realisasi produksi batu bara mencapai 282,14 juta ton dari 663 juta ton target produksi hingga akhir tahun.

Sementara realisasi ekspor 98,55 juta ton dari target 497, 2 juta ton dan realisasi DMO 53,03 juta ton dari target tahun 2022 sejumlah 165, 7 juta ton.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...