Uni Eropa Panik Cari Pasokan Batu Bara Usai Rusia Pangkas Pasokan Gas

Muhamad Fajar Riyandanu
21 Juni 2022, 11:31
batu bara, uni eropa, rusia, gas, pltu
ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/wsj.
Sebuah truk pengangkut batu bara melintasi jalan tambang batu bara di Kecamatan Salam Babaris, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, Rabu (7/7/2021).

Sejumlah negara anggota Uni Eropa (UE) kini sibuk mencari sumber energi alternatif usai Rusia memangkas pasokan gasnya ke kawasan tersebut. Moskow bahkan berencana menghentikan aliran gas sepenuhnya pada Agustus 2022.

Beberapa negara anggota UE seperti Jerman, Italia, Austria, dan Belanda kini saling berebut pasokan batu bara untuk menyalakan kembali pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mereka.

Menteri iklim dan energi Belanda, Rob Jetten, pada hari Senin (20/6) mengatakan bahwa Belanda akan mengubah undang-undang yang mengharuskan stasiun berbahan bakar batu bara beroperasi pada kapasitas maksimum 35%.

Jerman dan Austria mengumumkan penyalaan darurat pembangkit batu bara kapur pada Minggu (19/6) setelah di hari yang sama Rusia memotong kapasitas pada pipa Nord Stream 1 sebesar 60%. Negara-negara UE lainnya, termasuk Italia, diperkirakan akan mengikuti Jerman untuk kembali mengoperasikan PLTU tenaga batu bara.

Pipa yang mengalir melalui Laut Baltik ke Jerman adalah salah satu saluran utama untuk gas Rusia ke Eropa. UE khawatir Rusia memotong pasokan lebih lanjut sebelum musim dingin tiba.

Negara-negara anggota menghadapi tekanan ekonomi yang meningkat karena kekurangan energi, dengan patokan harga gas Eropa naik lebih dari 50% dalam seminggu terakhir. Gas menjadi enam kali lebih mahal dibandingkan sebelum pandemi.

Afrika Selatan menjadi rujukan sejumlah negara UE sebagai penyuplai batu bara mereka. Sepanjang lima bulan terakhir, terhitung sejak Januari hingga Mei, UE telah mengimpor batu bara dari Afrika Selatan 40% lebih banyak dari jumlah impor mereka sepanjang 2021.

Salah satu terminal ekspor batu bara terbesar di Afrika Selatan, Richards Bay Coal Terminal (RBCT) mengirim 3,24 juta ton batu bara ke negara-negara Eropa pada akhir Mei tahun ini. Angka ini setara dengan 15% dari keseluruhan ekspor RBCT atau naik dari 2,32 juta ton pada 2021.

Secara total, RBCT mengekspor 22,06 juta ton batu bara dalam lima bulan pertama tahun 2022. Menurut catatan, Belanda mengimpor batu bara sebanyak 1,27 juta ton terhitung sejak Maret, April dan Mei, dengan volume yang meningkat setiap bulannya.

Permintaan dari Belanda merupakan permintaan terbesar nomor empat yang diterima oleh RCBT, menyumbang 5,76% dari total volume ekspor. Sementara itu, impor batu bara Prancis dari RBCT melonjak hampir tujuh kali lipat, dari hanya 68 ribu ton sepanjang 2021 menjadi 464,43 ribu ton sepanjang tahun ini.

Spanyol, Polandia dan Jerman tidak mengimpor batubara dari RBCT tahun lalu. Namun, dalam lima bulan pertama tahun ini, Spanyol telah mengimpor 355,25 ribu ton, Polandia 181,53 ribu ton dan Jerman 157,38 ribu ton.

Menanggapi adanya transisi tersebut, Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, memperingatkan negara-negara anggota UE untuk tidak mundur dalam upaya jangka panjang mereka untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

Von der Leyen meminta negara anggota UE harus tetap fokus pada investasi untuk energi terbarukan disaat sejumlah negara mencoba untuk mencegah krisis energi nasional.

“Kami harus memastikan bahwa kami menggunakan krisis ini untuk bergerak maju dan tidak mundur dari bahan bakar fosil yang kotor,” kata von der Leyen sebagaimana dikutip dari Financial Times pada Selasa (21/6).

Menurutnya, peningkatan penggunaan batu bara akan segera terjadi, meskipun hanya sementara. Hal tersebut telah memicu kekhawatiran bahwa negara-negara Eropa dapat menggunakan krisis untuk menunda peralihan ke penggunaan energi alternatif yang kurang berpolusi.

Von der Leyen mengatakan UE memiliki 'langkah-langkah darurat' untuk menanggapi ancaman jatuhnya pasokan energi dari Rusia. Ia menyebut UE akan mengambil langkah selektif untuk memprioritaskan industri mana saja yang dapat menerima gas.

Invasi Moskow ke Ukraina telah membuyarkan urgensi pada rencana UE untuk beralih ke energi terbarukan. Di bawah rencana 'REPowerEU', blok barat bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada energi Rusia, mendiversifikasi sumber gasnya dan memperluas kapasitas angin dan surya.

Selain Jerman, Italia, Austria, dan Belanda, Inggris juga menjadi negara yang sibuk mencari pengganti sumber energi dari Rusia. Jika empat negara sebelumnya mencari suplai batu bara, Inggris mengambil langkah yang berbeda. Mereka berupaya mencari sumber energi kurang berpolusi seperti gas bumi.

Pada pekan sebelumnya, Inggris telah mendapatkan kesepakatan dengan Norwegia untuk mengirimkan tambahan 1 miliar meter kubik (bcm) gas setiap musim dingin selama tiga tahun ke depan.

Kesepakatan itu akan membuat total volume tahunan yang dikirim oleh Equinor ke Centrica menjadi 10 bcm, mewakili sekitar 13% dari total konsumsi gas tahunan di Inggris dan selanjutnya menetapkan Norwegia sebagai sumber utama pasokan gas negara itu.

Perjanjian tersebut juga dapat memberikan jaminan atas pasokan gas dan listrik Inggris pada musim dingin ini. Analis dan akademisi mengkhawatirkan kemungkinan krisis pasokan di seluruh Eropa jika Rusia menghentikan pasokan gas ke benua itu sepenuhnya.

Kekhawatiran itu diperburuk minggu ini setelah Gazprom milik negara Rusia memutuskan untuk mengurangi ekspor gas ke Eropa.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...