Usai Dilantik, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto Diminta Genjot Produksi
Usai melantik Dwi Soetjipto sebagai Kepala SKK Migas, Menteri ESDM Arifin Tasrif meminta agar produksi minyak dapat segera ditingkatkan. Meskipun Indonesia mulai memasuki era transisi energi menuju pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT).
Pasalnya minyak dinilai masih memiliki peran besar sebagai tumpuan sumber energi, terutama untuk sektor transportasi. Apalagi produksi migas mengalami tren menurun yang salah satunya disebabkan oleh penurunan alamiah.
"Dalam periode transisi energi, minyak bumi masih menjadi energi utama untuk transportasi sebelum digantikan kendaraan listrik," kata Arifin saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM pada Senin (5/12).
Arifin mengatakan, realisasi lifting atau produksi minyak bumi siap jual sejauh ini berada di kisaran 618 ribu barel per hari (bph) atau 88% dari target 703.000 bph. Oleh karena itu SKK Migas diminta memperbanyak kegiatan pengeboran sumur pengembangan hingga kegiatan workover dan well services untuk meningkatan produksi minyak nasional.
"Meski ada penurunan produksi, saya minta produksi yang sekarang dijaga kurangi shut down yang tidak direncanakan agar mengurangi impor sehingga pemerintah memiliki ruang pembiayaan energi baru dan terbarukan dan pembangunan lainnya yang jadi prioritas utama," kata Arifin.
Sebelumnya diberitakan, Indonesia telah lama menjadi negara net importer atau pengimpor bersih minyak seiring dengan kapasitas produksi nasional yang terus menurun sedangkan konsumsi terus meningkat.
Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto mengatakan saat ini Indonesia harus mengimpor minyak sebesar 850.000 barel per hari (bph) untuk mencukupi konsumsi nasional sebanyak 1,4 juta bph. Penurunan salah satunya disebabkan oleh menurunnya kapasitas perusahaan migas internasional seperti ExxonMobil, Chevron, Shell, BP, dan ENI.
Merosotnya lifting minyak secara konsisten telah terjadi sejak 2020 dengan penurunan rata-rata hingga 25%. Tren penurunan itu disebut terjadi karena adanya manuver perusahaan yang beralih pada investasi ke sektor energi baru dan terbarukan.
"Pemain-pemain besar seperti ExxonMobil, Chevron, Shell, BP, dan ENI sejak 2020 yang lalu terus menurun rata-ratanya hampir 25%," ujarnya dalam The 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022, Rabu (23/11).
Salah satunya faktornya karena persoalan perubahan iklim dan kenaikan suhu bumi global sehingga semua beralih di investasi energi baru dan terbarukan "Hari ini kita impor kurang lebih 850 ribu barel per hari. Ini menjadi masalah karena harga minyak mentah fluktuatif," ujarnya menambahkan.