Konsumsi Batu Bara Untuk Kelistrikan Global Diramal Memuncak Tahun Ini

Happy Fajrian
5 Desember 2023, 13:52
batu bara, pltu, pembangkit listrik,
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Cerobong asap raksasa dari tujuh pembangkit listrik tenaga batu bara menjulang di atas desa Suralaya, Banten, Kamis (30/8).

Perjalanan Batu Bara Mendominasi Sektor Kelistrikan

Pembangkit listrik tenaga batu bara global meningkat dari 4,4 TWh pada tahun 1990 menjadi 10,2 TWh pada tahun 2022, mencatat peningkatan sebesar 133%. Cina merupakan pendorong utama pertumbuhan tersebut, namun India dan negara-negara Asia lainnya juga berkontribusi.

Kapasitas terpasang global meningkat dari 856 gigawatt (GW) pada tahun 1990 menjadi sekitar 2,1 TW pada tahun 2022, dengan negara-negara Asia menambahkan sekitar 1,4 TW.

Berkat cadangan batu bara yang melimpah dan kebutuhan untuk menambah pasokan energi dengan cepat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, Asia bertanggung jawab atas lebih dari tiga perempat pembangkit listrik tenaga batu bara di dunia.

Kapasitas pembangkitan batu bara terus meningkat di wilayah ini, namun laju proyek-proyek baru melambat di tengah permasalahan lingkungan.

Negara-negara di dunia yang sangat bergantung pada batu bara, seperti Cina, Jerman, dan Amerika Serikat, sedang mengembangkan kapasitas energi terbarukan dengan cukup cepat dan dalam kondisi ekonomi yang menguntungkan sehingga dapat dengan mudah menggantikan batu bara.

Eropa dan Amerika Utara secara sistematis mengganti pembangkit listrik tenaga batu bara dengan sumber yang lebih ramah lingkungan seperti gas alam dan energi terbarukan, sehingga mengurangi kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara sebesar lebih dari 200 GW sejak tahun 1990.

Penurunan di Eropa terutama disebabkan oleh kebijakan emisi yang ketat, sementara Amerika Utara lebih banyak mengganti pembangkit listrik tenaga batu bara dengan gas karena produksi regional yang melimpah telah memangkas harga.

Meskipun batu bara mengalami penurunan di Eropa dan Amerika Utara, pertumbuhan di Asia telah membayangi upaya mereka. Dan, ketika harga gas dan LNG meroket pada paruh kedua tahun 2022, banyak negara beralih ke batu bara untuk memenuhi kebutuhan energi mereka, sehingga menyebabkan peningkatan emisi di sektor ketenagalistrikan.

Sebagai gambaran, rata-rata pembangkit listrik tenaga batu bara mengeluarkan sekitar 1 ton CO2 per megawatt-jam (MWh), sedangkan pembangkit listrik tenaga gas mengeluarkan hampir 0,5 ton per MWh. Ini berarti emisi per megawatt-jam sudah berkurang setengahnya hanya dengan beralih kembali ke gas alam karena harga sudah lebih stabil.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...