PMI Maret RI Terendah sejak 2011, Manufaktur Kian Melemah Kuartal II

Image title
Oleh Ekarina
13 April 2020, 18:32
Dihantam Corona & Daya Beli, Penurunan Manufaktur Diramal Berlanjut.
ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/hp.
Pekerja membuat kostum Alat Pelindung Diri (APD) di PT Kasih Karunia Sejati , Bandulan, Malang, Jawa Timur, Senin (6/4/2020). Indeks Manufaktur diprediksi terus tertekan seiring pandemi corona dan pelemahan daya beli masyarakat.

Sejumlah industri yang mendapat pukulan berat imbas pandemi corona yakni, industri otomotif; industri besi baja; industri semen; industri pesawat terbang, industri elektronika dan peralatan telekomunikasi; industri tekstil; industri mesin dan alat berat.

Namun, Agus berdalih, kondisi tersebut tak hanya terjadi di Indonesia. Aktivitas manufaktur di Asia juga mayoritas terkontraksi pada Maret 2020 karena dampak penyebaran virus korona telah mempengaruhi rantai pasokan. Hampir seluruh PMI manufaktur regional turun di bawah 50.

(Baca: Survei BI: Kegiatan Dunia Usaha Kuartal I Anjlok akibat Pandemi Corona)

Indeks PMI Jepang anjlok ke level 44,8. Sedangkan PMI Korea Selatan turun ke 44,2, level atau terburuk sejak krisis keuangan global lebih dari satu dekade lalu.

Di Asia Tenggara, angka PMI Filipina turun menjadi 39,7, terendah sepanjang sejarah, sedangkan Vietnam merosot ke 41,9. 

Guna menggairahkan sektor industri di dalam pihaknya akan mengusulkan pemberian berbagai stimulus fiskal dan nonfiskal.

Adapun, stimulus yang bakal dikeluarkan, misalnya berupa kemudahan arus bahan baku. Kemenperin akan melakukan koordinasi dengan kementerian terkait.

Sedangkan, dari sisi fiskal, akan ada pengurangan pajak perusahaan dan peniadaan pajak penghasilan karyawan. “Hal tersebut untuk meringankan beban dunia usaha maupun karyawan dalam jangka waktu tertentu,” ujarnya.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, industri manufaktur saat ini tengah terpukul dari berbagai sisi.

Dari sisi suplai, pasokan bahan baku industri banyak yang terganggu terutama yang berasal Tiongkok lantaran pandemi corona berpengaruh signifikan terhadap industri di sana. Selain itu, faktor pelemahan nilai tukar rupiah juga memberi pukulan cukup berat karena menyebabkan ongkos pembelian bahan baku menjadi lebih mahal.

Sementara di sisi demand,  pandemi corona ditambah dengan banyaknya perusahaan yang tutup sementara menyebabkan daya beli masyarakat serta permintaan terhadap produk industri menurun. Penurunan  itu terutama dialami pekerja informal dan pekerja lepas.

"Jika hal ini terus terjadi,  PMI manufaktur bisa semakin drop pada peride Lebaran atau di Mei 2020. Karena, tanpa ada pandemi, aktivitas produksi pabrik pada saat itu memang minim karena banyak hari libur," katanya kepada katadata.co.id. 

Padahal, periode Maret-April seharusnya merupakan masa dimana aktivitas produksi bekerja optimal untuk memenuhi permintaan selama ramadan dan lebaran. 

Selain itu, dia juga menghkhawatirkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)  dapat semakin menurunkan permintaan produk industri, apalagi daya beli kelas menengah kian anjlok.

"Bisa jadi sebelum Juni ada yang deklarasi pailit," ujarnya.

Karena itu, ada sejumlah langkah yang bisa dilakukan pemerintah untuk mengurangi tekanan industri, misalnya dengan segera memberikan diskon listrik, diskon harga gas dan insentif pajak.

Sementara untuk menggerakkan permintaan, pihakmya berharap pemerintah segera mempercepat pemberian beragam bantuan sosial. 

Meskipun menurutnya, dari skema bantuan yang disiapkan pemerintah, masih ada sekitar 115 juta masyarakat miskin dan rentan miskin yang belum tersentuh skema bantuan. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...